Tidak salah memang jika perempuan dinisbatkan sebagai perhiasan dunia. Apalagi kalau mampu melengkapi satu syarat, shalehah. Dan jadila...

Akhwat Modis Abis!

Hal yang Sering Dilalaikan Akhwat Sebelum Keluar Rumah ilustrasi: @nishatul_hasanah

Tidak salah memang jika perempuan dinisbatkan sebagai perhiasan dunia. Apalagi kalau mampu melengkapi satu syarat, shalehah. Dan jadilah mereka makhluk yang pandai berdandan dan ahli dalam memadumadankan busana. Tapi anehnya, para akhwat atau nisa – bagi yang merasa – tanpa sadar juga ikut memeriahkan perlombaan tak resmi model di catwalk berwujud jalanan dengan penonton manusia yang tak teridentifikasi. Mereka justru memeriahkan parade yang tidak pada tempatnya bagi penonton yang tidak semestinya. Kerudunger mah tidak usah ditanya, dandanannya meriah euy!


Biarkan mereka lupa kalau salah satu tujuan utama mengenakan kerudung dan jilbab adalah untuk membedakan mereka dengan perempuan di luar diin ini. Bukannya sebagai perhiasan dan penarik perhatian di muka umum. Bukanlah iu ujuan utama mereka menutup auratnya.

Kenapa mesti bersusah payah memadumadankan busana kalau hanya untuk beraktivitas di luar? Mau dipuji? “Aih bagusnya jilbabnya… beli di mana? Motif kerudungnya cantik. Mahal ya?” Dan sejuta pernyataan dan pertanyaan yang menelusup lembut ke dalam hati, untuk bermekaran saat dipantik oleh suara orang lain. Haha…

Laki-laki seringkali menjadi “makhluk visual”. Sejenis makhluk yang gampang tertarik dengan penampilan. Ketertarikannya terhadap sesuatu yang bisa dilihatnya sangatlah tinggi. Jangankan kepada jenis yang memang diciptakan Allah untuk menjadi pendampingnya, lha wong kepada benda mati saja lelaki juga kadang sangat berhasrat kok. Selain kepada perempuan, umumnya laki-laki juga dikaruniai Allah kecenderungan memandang indah anak-anak dan harta mereka.

Maksudmu mungkin tidak ingin menarik perhatian. Tapi apakah kamu yakin tidak ada celetukan yang hadir di hatimu saat memadumadankan busana bahwa kamu sebenarnya ingin berhias dan pamer ke dunia luar? Periksa kembali niatmu. Benarkah niatmu mengenakan pakaian menutup aurat itu semata-mata untuk melakukan kewajiban yang telah diperintahkan allah azza wa jalla? Niat yang tulus tanpa keinginan untuk dipuji, bahkan meskipun hanya dipuji secara tidak langsung oleh mereka yang melihatmu? Ingin diperhatikan oleh yang mungkin tidak sengaja melihatmu. Ingin tampil cantik. Ingin …

Maka semakin kamu hias-hiaslah kerudung dan jilbabmu. Kamu pilih yang motifnya semarak dan cantik. Padahal kerudung dan jilbab itu hanya akan kamu kenakan untuk di luar, di ruang publik. Kenapa tidak mengenakan yang sederhana saja? Terlalu pedulikah kamu dengan omongan orang-orang di luar sana yang mengatakan; kok pakai hitam terus atau ah warnanya nggak cerah. Toh, mereka bukan siapa-siapamu yang memang tidak ada kewajiban bagimu berhias untuk mereka.

Wahai muslimah, kiranya bukan itu tujuan utama dari kerudung dan jilbab yang sudah diwajibakan bagi kamu untuk memakainya.

Sederhanalah dalam berpenampilan ketika kamu hendak ke luar rumah atau ke luar kost. Bukankah dirimu memahami bahwa penampilan terbaik hanyalah diberikan kepada dia yang berhak mendapatkannya, yakni suamimu kelak.

Di hadapan suamimulah engkau justru dianjurkan untuk memperindah diri dan tampil sebaik-baiknya. Agar senang hatinya memandang dirimu. Agar terpelihara rasa cintanya kepadamu. Bermekaranlah rasa sayangnya terhadapmu. Sedangkan kini, di saat dirimu belum berwalimahan, belum berijab kabul, belum menikah, belum memasakkan sesuatu untuk seseorang yang disayangi, belum menanti kepulangan seseorang di depan pintu sambil memasang senyum terindah yang pernah kau miliki, untuk siapakah sebenarnya engkau berdandan ke luar rumah itu?

Ha, mereka tidak sadar kalau gaya perlombaan terselubung diantara mereka dengan saling mengenakan jilbab dan kerudung yang berbagai gaya, warna dan corak akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Semakin hari mereka semakin sibuk berdandan jika mau keluar. Mereka juga tidak ingat, bahwa boleh jadi karena mereka sekarang masih muda dan berlum menikah lantas merasa tidak terganggu terhadap sesama mereka yang berlaku serupa. Mereka lupa jika kelak mereka akan menikah, baru mereka akan sadar bahwa bagaimana dag-dig-dugnya hati seorang istri tatkala melepas suaminya ke dunia luar untuk bekerja. Jika para jilbaber masih berdandan ala mereka masih muda dulu! Tanpa sadar mereka menurunkan tradisi bergaya bagi para yang muda. Bergaya tidak pada tempat yang tepat. Ingatlah dunia luar itu selalu dikuasai oleh yang muda.

Percayalah, tidak akan ada yang protes saat kamu mengenakan kerudung yang sederhana warnanya. Pun tak mungkin pula ada yang berani mendemomu ketika engkau julurkan gamis hitammu yang tak menarik mata itu.

Tapi jangan lantas engkau padukan warna hitam dengan baju lengan panjang atau kerudung berwarna merah. Itu dendeng balado! Merah itu warna yang paling cepat ditangkap mata, kawan!

Tapi biarkan sajalah. Biarkan kita menikmati padu padan mereka. Kita kan bosan juga melihat mereka yang mulai tidak berubah-ubah tampilannya di luar. Mereka yang selalu saja berpenampilan dengan pakaian warna gelap. Kita, cowok bejat dan ikhwan genit kan bosan ngeliatnya.

Kalau kamu mau dimanfaatkan oleh mereka yang berpikiran seperti ini, ya… pikirkan aja sendiri.

Jilbaban

“Ini udah pakai jilbab kok, jangan protes lagi lah.” Begitu mungkin yang ada dalam pikiranmu. Seakan merasa tidak ada celah lagi.

Padahal… kadang mereka tidak menggunakan manset (sarung untuk hasta), jadilah saat mereka menggerak-gerakkan tangannya tatkala bicara atau kegiatan, tersingkaplah hasta mereka. Perasaan, yang tidak menjadi aurat untuk seorang muslimah itu telapak tangan deh? Lho, kok aku jadi baik gini ya ngasi tahu? Haha…

Kerudung Mini

Mungkin gak mini-mini amat lah ya, tapi kecil euy. Ah betapa rumitnya nanti jika mereka sadar dari memadupadankan, seperti yang sudah dimulai sebagian akhwat, sudahlah pakai jilbab, kerudungnya besar pula! Merusak pemandangan bagi kita-kita yang nggak paham bahwa itulah pakaian kemuliaan mereka!

Rok Siswi

“Yaudah kalau sekolah emang mewajibkan kita untuk menggunakan kerudung dan rok, tapi kita modif biar tetap bisa tampil modis!”

Dibelahlah rok. Mulai dengan alasan biar lebih leluasa. Kalau mau leluasa ya bikin rok yang besar. Ini malah bikin rok yang kecil, kelihatan banget alasan yang dicari-cari. Ada pula yang belahannya saingan sama cewek murahan.

Udah gitu, cara pasang roknya pun nggak di tempat yang seharusnya. Bukan di pinggang, tapi diturunin dikit, jadilah seperti setengah hati menggunakannya. Masih mau adu pamer kebodohan dan keribetan karena tiap kali takut kelihatan bagian belakangnya, karena biasanya dipadukan dengan baju seragam yang sengaja dibikin potongan pendek.

Haha… ini sama aja kamu ngaku kalau kamu tidak paham yang namanya pakaian mulia seorang perempuan. Dan bisa jadi ini ciri-ciri cewek nakal yang ketauan banget terpaksa menggunakan kerudung dan rok karena aturan sekolah semata. Dua matanya masih mau obral bodi.

Jangan Pakai Jaket!

Biarkan mereka mereproduksi alasan-alasan untuk tidak menggunakan jaket sebagai penutup tubuh mereka di luar. Kadang dengan pakaian yang begitu menggugah selera, mereka tanpa sadar berjalan ke luar. Jadilah mereka penarik perhatian para ikhwan. Cowok juga. Persis deh kayak akhwat modis tadi.

Sebenarnya dengan mengenakan jaket, mereka bisa memimalisir akibat dari kemodisan mereka. Jika memang belum bisa tampil sederhana, paling tidak mengurangi efeknya dululah. Eh, kadang jaket pun mereka modif biar tampil tidak kalah seksi. Udah pakai kerudung yang rada besar, kadang jilbab malah, malah jaketnya pakai sweater yang ngepas gitu. Haha… ini mah sama aja nggak mau makan kedondong asam tapi milih makan mangga muda.

Efek Ransel

Efek lainnya adalah saat mereka menggunakan tas ransel. Kalau tidak hati-hati dalam memperhatikan posisi tali tas, maka lekukan tubuh yang seharusnya telah dijaga oleh kerudung besar yang mereka pakai justru bisa terbentuk. Kalau pakai jaket hal ini bisa dimimalisir oleh ketebalan jaket. Kalau kerudungnya sangat besar malah lebih bagus karena sekarang tasnya sudah terlindung dalam kerudungnya. Ini aman.

Biarkan mereka mengeluarkan ribuan alasannya. Kita anggukan sajalah kepala kita. Mengiyakan belum tentu tanda setuju! Haha…

Jangan Pakai Kaos Kaki Panjang!

Kegiatan mereka kan padat. Jadi mereka juga melengkapi diri dengan motor untuk mendukung kelancaran perjalanan. Nah, kita biarin aja kalau mereka tidak menggunakan kaos kaki panjang. Mereka kan nggak nyadar kalau setiap kali melewati persimpangan jalan dan belokan, kebanyakan dari mereka akan menurunkan kakinya untuk menjaga keseimbangan. Nah di sanalah letak momen yang memanjakan mata kita para ikhwan gombal.

Cring … selintas kemudian akan ada rok atau gamis mereka yang tertarik ke atas. Ouwww fantastis. Terlihatlah sesuatu yang bisa membuat seorang imam besar kehilangan hafalan qur’annya. Sesuatu yang terasa remeh sekali di zaman ini padahal begitu berharga manakala dirawat dengan baik dan dijaga dengan hati-hati, betis seorang perempuan.

Mereka kayaknya tetap aja mau ngasi bonus ke kita-kita ini ya. Padahal di antara mereka ada yang sudah menggunakan kaos kaki panjang, eh masih juga ditambah dengan celana panjang di dalamnya. Pupuslah harapan kita untuk kejatuhan durian di siang bolong.

Kalau cewek-cewek biasa sih nggak perlu menunggu momen kayak gini buat ngeliatnya. Maklum. Semuanya sudah terpampang dengan jelas. Hehe … wajar kalau sampai banyak cowok bahkan ikhwan yang tergadai hafalan dan kemampuan berpikirnya.

Kaos Organisasi

Yup, kenakanlah kaos yang bertuliskan sesuatu. Bisa berupa kata-kata bijak ataupun lambang organisasi. Merasa nyaman sajalah engkau dengan kaos berlengan cukup panjang dan tidak ngepas yang kalian anggap cukup baik itu.

Dipadupadankan dengan kerudung besar, tidak masalah. Lambang organisasi dan kata-kata mutiara tetap bisa muncul. Kalau kaos biasa, sablonan tulisan atau gambarnya ada di bagian tengah kaos. Tetap ada solusi untuk kamu yang berkerudung besar. Intinya kamu pakai kaos! Jadi, desain gambar atau tulisan bisa kamu turunkan ke bagian bawah kaos. Bisa juga di belakang, biar bisa kami jadikan alasan untuk secara sengaja atau tidak sengaja melihat ke arah pinggul kalian. Atau di bagian depan biar kami bisa langsung melihat ke tubuh kalian.

Lumayan juga buat cuci mata. Jarang-jarang barang mahal diobral, kan?

Haha… jadi biarkanlah mereka abai dengan hal ini agar kita punya alibi untuk jelalatan ke arah yang tidak seharusnya. Biarkan ego itu terus menguasai pikiran mereka. Puah!

Baju Senam

Haha… biarin tuh mereka pakai kelambu ke mana-mana. Ya… ngertilah kalau di dalam anggapannya mereka usdah merasa mengenakan jilbab yang sesuai dengan apa yang dikatakan guru agama mereka di depan kelas. Padahal jauuuh banget.

Tipis, kecil dan tembus pandang. Wow! Sangat memenuhi kriteria sekali tuh! Kriteria kelambu yang dijadikan hiasan kepala! Itu lho, yang biasanya di zaman baheula dijadiin perisai untuk menghalau nyamuk-nyamuk genit, sekarang malah dipakai di kepala. Haha…

Padanannya baju senam yang dimodifikasi agar bisa dipakai jalan-jalan. Ngepas dan ngepres badan. Panjang sih. Lengan panjang kok. Tapi teteeep, bodi nggak mau dianggurin buat diobral. Mau yang kurus, biasa, sampai yang gendut pun ikut ambil bagian dalam obral pemandangan ini. Dari yang bikin malas melihatnya, sampai yang bikin nafsu. Dan para cowok bejad pun rela bergerilya agar bisa jadi pacarnya. Dan kemudian menikmati apa yang mungkin sudah dijatah untuk orang lain! Haha… begitulah adanya bodiku, mungkin itu yang ada di dalam pikirannya.

Baju senamnya nggak kurang gaya. Dari yang bergambar anjung, kartun sampai tikus pun semua ada. Padahal kalau ketemu makhluk yang sebenarnya udah menjerit-jerit nggak karuan!

Dari buku: Jangan Sadarin Jilbaber - Penerbit Anomali

Chio
Seorang idealis, penulis seri buku unik Jangan Sadarin. Tulisannya yang cenderung pedas menjadi gaya khas yang disukai pembaca buku-bukunya. Kalian dapat menghubunginya di 0852 65265467.