Dalam perjalananku mau mulangin motor Ustadz Dani, aku terpikir soal perlunya berbaik sangka terhadap sikap orang lain pada kita. Dan itu me...

Kucing Schrodinger dan Sunatullah

kucing schrodinger dan sunnatullah


Dalam perjalananku mau mulangin motor Ustadz Dani, aku terpikir soal perlunya berbaik sangka terhadap sikap orang lain pada kita. Dan itu membuat pikiranku tersambung pada Teori Kucing Schrodinger.


Schrodinger membuat sebuah eksperimen. Jika aku tak salah ingat, eksperimen ini terinspirasi dari eksperimen celah ganda yang memberikan kesimpulan bahwa SUATU ELEKTRON BISA BERTINDAK SEBAGAI DUA: PARTIKEL DAN GELOMBANG. Dalam eksperimen Schrodinger, seekor kucing dimasukkan ke dalam suatu kotak yang isinya tidak bisa diamati dari luar. Setelahnya dimasukkan suatu radioaktif yang punya kemungkinan aktif sehingga membunuh kucing itu atau bisa saja tidak aktif sehingga kucing itu baik-baik saja. Tentu saja kita baru dapat mengetahui keadaan kucing itu setelah membuka kotaknya. Tapi bisakah kamu tentukan, apakah kucing itu hidup atau mati sebelum kotaknya dibuka?

Kata Schrodinger, kucing itu, selama kotaknya belum dibuka, adalah hidup sekaligus mati.

Ya, kucing itu hidup sekaligus mati. Baru ketika kita membuka kotaklah, akan dipilih mana yang akan mewujud nyata. Hidup atau mati.

Teorinya mungkin terdengar aneh, tapi aku mulai condong pada teori itu. Kenapa? Karena setidaknya dalam pandanganku, ia tidak bertentangan dengan syariat.

KISAH ALI BIN ABI THALIB DAN GILINGAN GANDUM


Suatu ketika Ali bin Abi Thalib dan keluarganya kelaparan. Karena Allah berfirman:

ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ

“Mintalah pertolongan (Allah) dengan shabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Maka Ali bin Abi Thalib pergi ke masjid dan shalat. Setelah itu, ia ke rumah bertanya apakah sudah ada makanan? Maka dijawab Fathimah belum. Maka ia shalat lagi ke masjid lalu mendapati di rumah makanannya masih belum ada juga. Dan sekali lagi ia ke masjid, menyempurnakan wudhu, khusyuk dan khudhu’ shalatnya, barulah ketika pulang ke rumah ia dapati gilingan gandumnya berputar sendiri mengeluarkan tepung gandum.

Tepung gandum terus keluar dari penggilingan itu, padahal tidak ada gandum yang dituangkan ke dalamnya. Ketika karung-karung telah penuh, Ali bin Abi Thalib membagikan tepung gandum itu pada orang-orang di sekitarnya. Dan ketika keheranannya memuncak, Ali bin Abi Thalib pun membuka gilingan gandum yang berputar sendiri itu. Ia terkejut melihat yang digiling oleh penggilingan itu ternyata hanya satu butir gandum.

Selama penggilingannya belum dibuka, yang berlaku bukan lagi sunnatullah, tapi qudratullah. Kucing Schrodinger.

KISAH ABU UBAID DAN KAKI KAMBING


Seorang budak bernama Abu Ubaid pernah memasak seekor kambing untuk Rasulullah. Ia memberikan salah satu bagian kakinya kepada Rasulullah. Ternyata Rasulullah menyukainya dan minta tambah, lagi dan lagi. Setelah beberapa kali akhirnya Abu Ubaid bertanya: “Ya Rasulullah, berapa banyak kaki yang dimiliki seekor anak kambing?”

Maka saat itu Nabi bersabda yang kira-kira maknanya: “Kalaulah kamu tidak bertanya, tentulah kamu akan mendapatinya.”

Ini menyiratkan bahwa jumlah kaki kambing itu telah ditetapkan Allah berapa pun (any number) yang diinginkan Nabi asalkan kita tidak membuka kotak kucing Schrodingernya baik dengan tangan kita maupun dengan akal pikiran kita (dengan cara menghitungnya).

Kita yang tamak ini tentunya merasa sayang mendengar makanan pokok dan lauk kambing yang harusnya unlimited itu kembali pada keterbatasan akibat batasan yang ditetapkan tangan dan akal manusia ini. Tapi tenang! Ada sahabat yang benar-benar sabar untuk tidak membuka tabir itu (baik dengan tangan maupun pikirannya) dan akhirnya benar-benar menikmati fasilitas unlimited qudratullah.

KISAH ABU HURAIRAH DAN KANTONG KURMANYA


Abu Hurairah pernah menceritakan tiga bencana terbesar yang dia alami semenjak masuk Islam. Pertama, Wafatnya Rasulullah saw. Kedua, pembunuhan Utsman bin Affan. Ketiga, hilangnya tas uncangnya (kantong perbekalannya). Saat menceritakan hal itu, orang-orang bertanya tentang tas uncang yang ia maksud.

Suatu ketika Abu Hurairah dan beberapa sahabat di tengah perjalanan bersama Rasulullah. Rasulullah lalu berkata kepada Abu Hurairah, “Apakah kamu masih memiliki sesuatu?”

"Ada beberapa kurma di dalam uncang," jawab Abu Hurairah. “Bawa kesini”, Rasulullah saw memerintahkan, kemudian Abu Hurairah mengeluarkan sisa kurmanya. (dalam salah satu riwayat disebutkan ada 20 buah kurma)

Kemudian Rasulullah SAW membaca basmalah dan berdoa, lalu memasukkan satu per satu kurma ke dalam uncang itu sambil membaca basmalah sampai butir terakhir. Lalu Rasulullah SAW berkata:

“Panggil pasukan ke sini sepuluh, sepuluh". Maka Abu Hurairah memanggil mereka sepuluh orang–sepuluh orang. Sampai semua pasukan memakan kurma dari uncang itu lalu pergi.

Lalu, Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Hurairah, “Apabila kamu ingin mengambil kurma dari uncang itu, ambil saja, dan jangan kamu balik atau kamu tuangkan uncang itu”.

Abu Hurairah lalu makan dari kantong kurma tersebut sepanjang hidup Nabi saw, masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Saat terjadi pemberontakan yang menewaskan Utsman bin Affan terjadi, rumah Abu Hurairah dijarah dan uncang itu hilang.

Jika kita hitung masa pemerintahan Abu Bakar 2 tahun, Umar 12 tahun, Utsman 13 tahun, maka sekurang-kurangnya Abu Hurairah telah makan dari uncang itu selama 27 tahun. Dan tentu saja GRATIS!

“Seperti kalian ketahui, saya telah mengambil lebih dari 200 wasaq kurma dari dalam kantong.” kata Abu Hurairah.

Jika kita ambil pendapat imam Syafi’i bahwa 1 wasaq sama dengan 60 sha' yakni sekitar 130 Kg. Artinya, Abu Hurairah telah mengambil lebih dari 26 ton kurma dari tas tersebut. Tapi jangan iri pada Abu Hurairah! Ia pernah disangka gila karena terkapar di jalan akibat kelaparan hebat. Jika kamu ingin seperti Abu Hurairah, inginkan jugalah bagian yang paling tidak sesuai dengan nafsumu dalam hidupnya.

Tapi poin yang ingin saya ketengahkan dalam kisah ini adalah QUDRATULLAH itu bisa terjadi pada kehidupan kita sehari-hari asalkan kita benar-benar menghilangkan kesan pada apa yang tampak di depan mata kita.

Bukan api yang membakar tapi Allah. Kalau Allah mau, api bisa kehilangan sifat membakarnya.

Bukan pisau yang memotong tapi Allah. Kalau Allah mau, pisau bisa kehilangan kemampuan memotongnya.

Tapi jangan setelah membaca ini kalian hunuskan pisau atau senjata api padaku ya. Aku hanya ingin berbagi tentang kucing Schrodinger. Bukan pamer kesaktian, haha.