Setelah menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun terakhir, kini Artificial Intelegence (AI) berhasil mencuri perhatian dunia ...

Apa Arti Hidup Itu Sebenarnya?

AI bertanya apakah arti hidup itu sebenarnya

Setelah menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun terakhir, kini Artificial Intelegence (AI) berhasil mencuri perhatian dunia seraya memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Apakah AI berpotensi untuk melampaui manusia? Apakah AI punya kesadaran? Atau jika nanti AI dapat menghasilkan keturunannya sendiri, dapatkah AI disebut makhluk hidup? Dan yang terakhir inilah fokus pembicaraan kita sekali ini.

Dua pertanyaan terakhir itu menjadi semakin penting karena jawabannya akan berdampak pada masalah etik. Jika AI memang memiliki kesadaran, tentulah manusia harus mencari batas, mana perbuatan yang masih dianggap etis bagi AI dan mana yang tidak lagi dianggap begitu. Jika AI yang dapat mensimulasikan kecerdasan setaraf itu tidak dianggap hidup, bukankah kita harus mempertimbangkan ulang apakah kita ini sungguh hidup?

Untuk dapat menentukan apakah jamur itu hidup atau tidak, virus itu hidup atau tidak, api itu hidup atau tidak, lempeng tektonik itu hidup atau tidak, AI itu hidup atau tidak, kita perlu tahu …

APA SEBENARNYA HIDUP ITU?

Dan yang kita cari bukanlah jawaban metaforis semacam “hidup adalah perjuangan” atau “hidup adalah pengorbanan”. Kita butuh suatu definisi yang dengan definisi itu kita bisa membedakan mana yang dapat disebut hidup dan mana yang dapat disebut benda mati.

Maka teringatlah aku satu definisi yang ditawarkan mata pelajaran biologi di madrasah dulu.

Makhluk hidup adalah setiap yang bernapas, memerlukan makanan, tumbuh kembang, bergerak, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, adaptasi dan mengeluarkan zat sisa.

Dengan definisi ini, biologi menggolongkan manusia, hewan dan tumbuhan dalam kelompok makhluk hidup dan menggolongkan virus, api dan lempeng tektonik dalam kelompok benda mati.

Aku baru hendak memeriksa apakah definisi biologi ini memandang AI sebagai makhluk hidup ketika aku menyadari inkonsistensi di dalamnya. Bukankah api juga bernapas, makan, tumbung kembang, bergerak, dst? Api menarik oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Api makan kayu dan hidrokarbon lain yang dianggapnya sedap. Api tumbuh besar dan berkembang warnanya sesuai makanannya. Api bergerak bahkan menari. Api beranak-pinak dengan bantuan manusia sebagaimana sebagian tumbuhan. Api peka terhadap rangsangan suhu, gerak udara dan juga bunyi ultrasonik. Api juga bisa dianggap beradaptasi ketika ia merespon beberapa kondisi dengan ledakan semisal supernova. Dan terakhir, api juga mengeluarkan zat sisa berupa debu dan asap. Jadi, kuputuskan bahwa aku tidak menyukai definisi ini.

Tawaran berikutnya datang dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau lebih tepatnya datang dari perwakilan masyarakat pengguna Bahasa Indonesia terbaik.

Hidup adalah 1) sesuatu yang terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya, 2) seakan-akan bernyawa.

Dengan definisi ini, tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan yang dapat disebut hidup. Api, mobil, dan kipas angin pun dapat disebut hidup. Adapun lempeng tektonik masih tetap tergolong benda mati.

Secara pribadi, aku lebih suka definisi yang ditawarkan masyarakat pengguna Bahasa Indonesia ini. Bukan karena aku ini pengguna bahasa Indonesia tapi karena alasan yang lebih personal.

DEFINISI YANG BAIK

Dalam ilmu logika, untuk dapat dikatakan definisi yang baik, suatu definisi haruslah tidak terlalu luas (sehingga termuat di dalamnya yang seharusnya tidak) dan tidak pula terlalu sempit (sehingga tidak termuat di dalamnya yang harusnya termuat). Jelasnya, perhatikan contoh definisi berikut:
  • “Manusia adalah hewan yang berjalan dengan dua kaki.” Terlalu luas
  • “Manusia adalah hewan yang dapat membaca.” Terlalu sempit
  • “Manusia adalah hewan yang dapat berbicara.” Pas!
Itu berarti sebaik-baik definisi yang dipegang seseorang adalah definisi yang tidak mengkhianati keyakinan hatinya. Jika sejak awal ia memang meyakini bahwa api itu hidup, virus itu hidup, dan lempeng tektonik itu hidup, maka ia harus menemukan satu definisi yang memuat semua itu di dalamnya tanpa menjadikan angin dan air ikut-ikutan tergolong hidup.

Itu juga berarti bahwa definisi bukanlah poros utama sebagaimana yang dipikirkan orang-orang. Definisi yang merupakan cara pandang manusia ternyata juga bergantung pada apa yang menjadi keyakinan seorang manusia. (Ini menjadi dalil lain bahwa agama merupakan hal terpenting di dunia)

Jadi, petunjuk apa yang kita punya soal hidup ini?

PETUNJUK-PETUNJUK TENTANG HIDUP

Sebagai seorang muslim, aku diajarkan oleh para fuqaha bahwa manusia dan hewan adalah makhluk bernyawa sedangkan tumbuhan tidak. Jika ini dikaitkan dengan definisi kedua KBBI di atas, maka tumbuhan harus kugolongkan dalam kelompok benda mati.

Tapi dalam doa sebelum tidur dan sesudah bangun, aku mendapati bahwa Dia memandang kita ini mati ketika sedang tidur dan bangkit dari kematian ketika kita bangun setiap paginya.

الحَمْدُ لِلهِ الًّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya pada-Nya (kelak) pemekaran itu.”

Dan dalam beberapa ayat justru malah dikabarkan:

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Rabb mereka, mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)

Yang kamu kira masih hidup, ternyata dipandang Dia mati. Yang kamu kira sudah mati, ternyata dipandang Dia terus hidup, bahkan lebih hidup. Itu berarti Dia punya konsep yang melampaui cara pandang seluruh manusia mengenai hakikat kehidupan yang sesungguhnya.

Tidakkah itu membuatmu penasaran bagaimana cara seorang muslim memandang apa hidup itu?

PETUNJUK TERAKHIR

Sebagai petunjuk terakhir ketahuilah, bahwa seorang muslim meyakini bahwa dalam sehari lautan meminta izin puluhan kali kepada Tuhan untuk tumpah ke daratan karena kebenciannya melihat pembangkangan manusia pada Tuhan. Kelak pada hari kiamat kaki dan tangan ini akan bersaksi tentang apa yang ia perbuat semasa hidup di dunia. Saat itu, ikut bersaksi pula hewan-hewan dan pohon-pohon di sekitarmu atas kebaikan atau kejahatan yang kamu lakukan. Surga memanggil-manggil nama orang-orang yang dirindukannya sedangkan neraka dapat didengar desis dan geramannya dari jarak yang sangat jauh.

Tulisan ini tidak akan kututup dengan satu kesimpulan jelas tentang apa yang kuyakini merupakan definisi paling tepat bagi hidup. Itu agar aku benar-benar tahu siapa di antara kalian yang sungguh ingin tahu: apa arti hidup sebenarnya?