“Aku diutus untuk domba-domba tersesat dari Bani Israil,” kata Yesus anak Maria dari Nazareth dalam sebuah riwayat. Bahasa itu mungkin lucu ...

Agama dalam Bahasa Petani

perumpamaan kalimat toyibah  seperti pohon tanaman yang baik bagi petani

“Aku diutus untuk domba-domba tersesat dari Bani Israil,” kata Yesus anak Maria dari Nazareth dalam sebuah riwayat. Bahasa itu mungkin lucu bagimu tapi bagi masyarakat Bani Israil yang kehidupannya tak jauh dari ternak dan penggembalaan itulah bahasa yang paling dapat dipahami esensinya.


Karena agama merupakan petunjuk selamat hidup manusia, ia senantiasa turun dalam bahasa manusia. Jika suatu kaum merupakan sekumpulan tukang bangunan, maka agama akan disampaikan para utusan dengan istilah yang dimengerti tukang bangunan. Jika suatu kaum menghabiskan hari-harinya di laut, maka agama akan disampaikan Allah dalam bahasa yang dapat dirasai orang-orang kelautan.

Dalam beberapa hari ke depan selama bulan Ramadhan ini, insyaallah kita akan coba kenali bagaimana agama memperkenalkan diri kepada kelompok-kelompok manusia berbeda. Hari ini kita akan mulai dari petani.


Allah memberi perumpamaan kalimah thoyyibah (Laa ilaha illa Allah) yang merupakan pangkal dan puncak agama sebagai pohon/tanaman yang baik.

اَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصۡلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرۡعُهَا فِى السَّمَآءِۙ

"Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit," (QS. Ibrahim: 24)

Benih dari pohon yang baik itu adalah kalimah thoyyibah, syahadat iman dan amal, yakni Laa ilaha illa Allah Muhammadur rasulullah. Benih itu hanya dapat tumbuh apabila ditanam di dalam bumi/tanah yang baik.

Apabila bumi/tanah itu tidak gembur, bahkan keras, maka benih tidak akan dapat dibenamkan ke dalamnya. Begitulah apabila hati itu keras, agama dan iman tidak akan dapat tertanam di dalamnya.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 74)
bahkan batu pun menangis saat datang perintah Allah, bagaimana dengan kita?
Bahkan batu pun menangis karena takut kepada Allah, bagaimana dengan kita?

Apabila benih itu terlantar di atas tanah, maka burung akan datang menyambarnya. Begitulah apabila hati terlalu keras untuk menerima kebenaran maka setan akan datang merenggut kebaikan Tuhan itu. Maka lembutkanlah hati untuk senantiasa dapat menerima kebenaran dari manapun datangnya.

Setelah benih itu terhujam ke dalam tanah, tanahnya harus senantiasa dijaga agar rumput-rumput liar tidak menghalangi benih itu untuk tumbuh. Sedangkan rumput liar dan semak bagi hati adalah kebencian, kedengkian, kecintaan pada hal-hal sepele dan sementara serta penyakit-penyakit hati lainnya. Apabila rumput liar atau tumbuhan lain dibiarkan tumbuh, maka benih yang kamu tanam tadi mungkin dapat tumbuh tapi tidak sehat dan tidak berbuah. Agama itu mungkin tumbuh dalam dirimu tapi cabangnya tak menjulang ke surga.

Agar dapat tumbuh sehat, tanaman itu harus mendapat cahaya matahari dan curahan air yang cukup. Agar dapat menjadi pohon yang kuat kamu pun butuh Sang Mentari dan ilmu yang diturunkan-Nya dari langit. Al-Qur’an yang merupakan petunjuk hidupmu adalah Cahaya, Sang Nabi adalah Cahaya.

يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلُـنَا يُبَيِّنُ لَـكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ۗ قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌ

"Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan.” (QS: Al-Ma’idah: 15)
Sedangkan ilmu dan nasehat agama adalah air yang dicurahkan Allah dari langit.

“Begitu juga hati, ketika tidak mendapatkan hikmah dan
ilmu selama tiga hari, maka hati akan mati,

- Imam Ghazali -

Dengan cahaya dan air yang cukup, ditambah pula lagi dengan pupuk yang bergizi, maka benih itu akan tumbuh menjadi batang dan cabang yang besar. Tapi kalaupun batangnya kuat, kehadiran pohon yang tak kunjung berbuah tidak menjadi manfaat yang disyukuri makhluk-makhluk di sekitarnya. Apabila pohon itu bahkan tak bisa memberi keteduhan bagi sekitarnya, tak heran bila banyak orang hendak menebangnya. Agamamu mungkin kuat tapi jika manis dan cantiknya (agamamu itu) tidak dirasakan orang-orang di sekitarmu, tak heran jika mereka inginnya kamu itu ditebang saja. (Saya masih begini sih)

Nah, apabila tanah itu senantiasa dibersihkan semak-semaknya, pohon itu senantiasa mendapat cahaya, air dan pupuk yang cukup, maka menjulanglah cabang-cabang pohon itu ke langit (terkenal ia di langit), teduhlah naungan daun-daun pohon merimbun (makhluk-makhluk di sekitarnya tenang dari perkataan dan perbuatannya), lebatlah buah-buah manis pohon itu mewangi (makhluk-makhluk di sekitarnya senang mendapat kebaikan akhlak-akhlaknya).

Demikianlah, semoga Allah menjadikan kita sebagaimana pohon yang akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit sebagaimana dalam firman-Nya dalam surah Ibrahim.

اَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصۡلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرۡعُهَا فِى السَّمَآءِۙ

"Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit," (QS. Ibrahim: 24)

Tidak menjadikan kita sebagaimana kayu yang tersandar (orang-orang munafik)

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا۟ تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ ٱلْعَدُوُّ فَٱحْذَرْهُمْ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

"Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya, mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?" (QS. Al-Munafiqun: 4)

Dan tidak pula menjadikan kita sebagaimana kayu yang tercabut dari akarnya.

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ ٱلْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ

"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun." (QS. Ibrahim: 26)

Aamiin. Semoga menjadi manfaat. Doakan saya. Insyaallah pembahasan mengenai akhir dari pohon ini akan kita sambung di Agama dalam Bahasa Petani (2).