Nabi Musa diriwayatkan pernah bermunajat yang kira-kira maknanya, "Ya Allah, Engkau jadikan sebagian orang kafir lalu Engkau masukkan k...

Agama dalam Bahasa Petani (2)

perumpamaan kalimat toyibah  seperti pohon tanaman yang baik bagi petani

Nabi Musa diriwayatkan pernah bermunajat yang kira-kira maknanya, "Ya Allah, Engkau jadikan sebagian orang kafir lalu Engkau masukkan ke dalam neraka dan Engkau jadikan sebagian orang beriman lalu Engkau masukkan ke dalam surga sedangkan mereka semua adalah hamba-Mu.”

Bertanya kepada Allah tentang apa yang Dia perbuat selama disertai adab bukanlah suatu kelancangan. Itu karena kelancangan dan keraguan tidak terletak pada pertanyaannya tapi pada cara menanyakannya. Setidaknya begitulah yang saya pahami ketika Al-Qur’an menceritakan tentang Nabi Ibrahim yang bertanya bagaimana Allah menghidupkan yang mati dan Nabi Zakariya yang bertanya bagaimana istrinya yang sudah lanjut usia dapat hamil.

Allah memahami arah pembicaraan Nabi Musa dan sebagaimana Dia memberi Nabi Ibrahim beberapa tugas tak mudah untuk menjawab pertanyaannya, Dia juga memberi Nabi Musa tugas yang tak lebih mudah. Sebagai guru, saya paham betul walaupun Allah bisa saja menjawab pertanyaan itu secara langsung, pemahaman yang utuh hanya bisa didapatkan mereka yang berjuang untuk jawabannya. Dan untuk Nabi Musa, tugas itu adalah menanam padi.

Seperti halnya tugas menangkap dan menjinakkan empat ekor burungnya Nabi Ibrahim plus naik turun gunung untuk menyebarkan potongan daging burung-burung itu, tugas yang diberikan kepada Nabi Musa pun tentunya tidak dapat selesai sekejap mata. Perlu berbulan-bulan untuk menunggu hingga padi dapat dipanen. Tenaga yang perlu dikerahkan untuk mengurusi padi-padi itu pun tidak sedikit. Tapi itulah harga bagi jawaban pertanyaan setingkat itu.

Sesuai perintah Allah, Nabi Musa pun menanam padi di suatu ladang yang cukup luas. Tanahnya digemburkan, padi-padinya disirami, rumput liarnya dicabut dan hamanya diwaspadai. Airnya dipastikan tidak kurang dan pupuknya diberi secara berkala. Begitulah selama beberapa bulan hingga bulir-bulir padinya muncul dan akhirnya menguning, momen yang diidam-idamkan petani yang berpeluh menantinya.

Saat tiba waktunya, padi-padi itu pun dipanen. Dari Ustad Nurdin Padang, aku jadi tahu bahwa padi yang dipanen disabit lalu dikumpulkan. Setelah itu, padi-padi itu dihalau ke penggilingan dimana ia ditimbang dan dipisahkan sesuai kualitasnya. Nabi Musa membawa padi-padi yang baik kualitasnya pulang sedangkan sisanya (yang terdiri dari padi yang tidak berbuah dan padi yang tak layak pakai) dibuang dan dibakar.

Itulah saat dimana Allah berfirman, “Apa yang kamu lakukan dengan padi-padimu wahai Musa?” Nabi Musa menjawab, “Aku mengangkat dan mengambil hasilnya.” Allah pun bertanya lagi, “Lalu mengapa kamu bawa pulang sebagian dan buang sebagian padi-padi itu? (Bukankah semua itu padi-padimu?) Nabi Musa pun menjawab, “Wahai Tuhanku, yang kutinggalkan hanya padi-padi yang tidak bagus saja.”

Aku kira saat itu Nabi Musa langsung sadar, ya dia pasti sadar. Itulah jawaban pertanyaannya sendiri. Allah pun berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya yang Aku masukkan ke dalam neraka adalah orang-orang yang tidak berbuat baik.”

Kamu mendengar kisahnya dan kini kamu tahu jawaban mengapa Allah masukkan sebagian ke surga dan masukkan sebagian neraka. Tapi pemahamanmu tidak akan sama dengan Nabi Musa yang berlelah-lelah menggemburkan tanah, menyirami, merawat, memanen dan menggiling padi-padi itu. Bahkan jika kujelaskan bahwa sabit itu adalah malaikat maut, penghalauan itu ialah mahsyar dan penggilingan itu adalah mizan dan shirath, kamu tidak mencapai suatu pemahaman yang menghasilkan perubahan cara hidup sebagaimana jawaban itu mengubah cara hidup Nabi Musa.

Adalah tidak layak bagi kita yang sendirinya suka memisahkan yang buruk dari yang baik untuk bertanya mengapa pihak lain melakukan hal serupa. Kamu sendiri tidak pernah mau membawa ke rumahmu beras yang belum disortir. Kamu sendiri memilih seorang anak diantara anak-anakmu di dalam hati padahal kamulah yang mendidik mereka semua. Kamu sendiri punya kriteria lulus dan tidak lulus bagi barang dan jasa yang ditawarkan padamu. Bahkan kamu memilih ustad ini dan meninggalkan ustad itu. Bagaimana bisa kamu kepikiran supaya Allah memasukkan setiap hamba-Nya ke dalam surga tanpa dipilih-pilih lagi?

Allah telah beri kita Al-Qur’an dan Sang Nabi sebagai matahari, ilmu dan nasehat agama sebagai hujan yang tercurah, lalu mengutus bagi kita malaikat-malaikatnya untuk menjaga kita dari burung dan rumput-rumput liar sepanjang waktu. Tapi setelah semua itu, ada saja diantara kita yang berkeras hati, menolak untuk tumbuh hingga akhirnya tiada berbuah. Pantaskah padi yang tak berbuah marah pada petani yang tiada membeda-bedakan bahkan telah lelah mengusahakan yang menyalah?

Semoga Allah jadikan saya dan pembaca sekalian termasuk padi yang berbuah harum dan manis, padi yang disyukuri penduduk surga kedatangannya dan menjauhkan kita dari menjadi padi kosong tanpa buah yang hanya layak dijadikan bahan bakar api neraka.


Setelah semua itu, Nabi Musa bertanya, “siapa (orang-orang yang berbuat baik) itu?” Allah berfirman, “Orang-orang yang tidak pernah berhenti mengucapkan Laa ilaha illa Allah Muhammadur rasulullah!”

Agar mendapat manfaat penuh dari kalimat terakhir di atas, kamu harus mengerti perbedaan mengucapkan (yaqulu) dan mengatakan (yatakallama). Tapi kukira biarlah itu menjadi bagian orang-orang yang rajin bertanya. Jika Nabi Musa sanggup menanam padi demi jawaban pertanyaannya, apakah kamu tidak sanggup sekadar bertanya demi jawabannya?

Laa ilaha illa Allah Muhammadur rasulullah adalah benih dan akar pohon keyakinan kita.

Kalaupun batang amalnya besar, tanpa iman yang mengakar, ia tidak akan menjadi pohon yang kuat, apalagi berbuah. Karena itu, kamu harus lebih fokus memperbaiki akarnya.

Dan kamu harus bersabar terhadap orang-orang yang hendak menebangmu. Pohon yang tak berdaun adab dan berbuah akhlak sepertimu memang pantas diperlakukan begitu.

Itu karena akar yang sedang kamu upayakan berada di dalam tanah (hati) yang tak tampak dari permukaan. Tapi bila kamu istiqomah, percayalah, cabang dan rantingmu akan sampai ke surga.