Isu Palestina sebenarnya lama menjadi pembicaraan hangat yang amat layak diikuti tapi kukira baru sekali ini aku sendiri ikut bicara. Di ten...

Palestina: Diamnya Kita Membunuh Mereka, Benarkah?

palestina hukuman tuhan atau kekejaman penjajah

Isu Palestina sebenarnya lama menjadi pembicaraan hangat yang amat layak diikuti tapi kukira baru sekali ini aku sendiri ikut bicara. Di tengah ramainya orang yang telah peduli dan membicarakan perkara ini, aku memandang pandanganku tidak perlu disampaikan ke ruang publik. Atas sebab itulah baru sekali ini kalian melihatku bicara tentang Palestina. Itu karena beberapa hari yang lalu teman diskusiku bertanya: "Bang, bagaimana menurut pandangan abang mengenai keadaan yang terjadi di Palestina saat ini, Bang?"


Maka kujawab:
Pedih sekali. Dulu saya ngikutin terus update-nya. Tapi terus melihat tanpa berbuat apa-apa sakit juga. Sekarang ini hanya sedikit berita Palestina yang melintas di beranda. Yang jelas kita bakal ditanya soal mereka itu.

Ada kawan-kawan buat di status, “Diam nya kita adalah bagian dari genosida.” Yang dimaksud diam itu gimana ya, Bang? Saya pribadi udah sangat berusaha boikot makanan sehari-hari yang sudah divalidasi MUI di sisi (Zionis) Israel. Begitu juga produk rumahan meski belum total.

Saat ditanya “apa pendapatmu tentang Palestina?” Jawabannya apapun pasti ada kontranya karena situasinya dilematis. Termasuk jawaban: kita harus membela. Jawaban itu akan mengarahkan sebagian orang menuding kawan-kawannya dengan kata-kata: “Diammu membunuh mereka.”

Pas kali Bang, tapi mestikah setiap hari di gaungkan di status WA ya Bang, baru orang-orang menganggap kita tidak diam. Padahal memahamkan ke keluarga saja pun masih banyak tantangan yang belum usai.

Yang benar-benar membunuh mereka sebenarnya adalah diam yang berupa pembiaran dan ketidakpedulian. Boikot dan dakwah sebenarnya bukan diam. Adapun pandangan mereka tentang kita harusnya gak perlu dipikirkan. Yang kita perlu adalah jawaban di sisi Allah nanti. Tapi...

Tapi apa Bang?
Sebagian keluarga dan kawan bilang, “kenapa produk org islam lebih mahal? Mereka punya murah. Mana cukup uang kami kalau beli produk islam semua?” Bingung juga saya, Bang.

Tapi dalam surah Al-Hadid kita hanya diminta menginfakkan mimma mustakhlafina fihi. Apa-apa yang kita ada kuasa atasnya. Dan soal itu, pribadi masing-masing yang lebih tahu. Sehingga kita gak bisa nilai apakah seseorang itu diam karena emang gak peduli atau dia peduli tapi memang gak ada yang mampu dia berikan sebagai kontribusi (di sisi Allah).

Menilai orang lain itu susah sekali. Maka selalunya saya mengajak kita untuk fokus mengawasi diri sendiri.

Dakwah tentu tetap harus. Ajakan harus tetap ada. Tapi respon akhir orang yang diajak jangan sampai membuat kita memvonis dia bagus atau dia gak bagus.

Saat Bani Hasyim diboikot, para sahabat tentu ingin sekali menolong mereka yang kelaparan. Tapi ya gimana caranya. Banyak sahabat tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan kezaliman itu sehingga yang paling mungkin ya cuma seludupkan makanan sedikit-sedikit.

Tanggung jawab lebih berat ada di pundak orang yang mustakhlafina fihi-nya lebih besar, misalnya: kelompok-kelompok yang kuat secara politik atau militer.

Secara Hakikat, ini kehendak Allah. Bahkan ini termasuk konsekuensi yang diancamkan Allah atas dosa yang kita perbuat. Maka jangan harap derita dan kehinaan ini akan diangkat sampai kita bertaubat dari dosa-dosa khusus itu.

Nah justru itu melihat kondisi ini Bang. Saya sebagai guru, apa yang kira-kira harus saya lakukan sebagai bentuk pertaubatan itu?

Doa, bantuan makanan dan bahkan bantuan militer pun hanya usaha sekunder untuk menyelesaikan masalah ini. Ibarat seorang yang sakit kepala saat minum khamr tapi bukannya berhenti dia malah minum obat sakit kepala lalu lanjut minum khamar lagi. Solusi aslinya ya taubat atas satu dosa spesifik yang mengakibat Allah menghalalkan ini semua terjadi ke atas kita.

Ini adalah dosa yang dikerjakan berjamaah maka peran yang bisa kamu ambil adalah menyadarkan umat atas dosa itu sehingga bisa taubat berjamaah juga kayak umat Nabi Yunus.

InsyaAllah diusahakan. Tapi tepatnya dosa apa yang harus ditaubati itu, Bang?

***

Coba cari hadits tentang lima bencana akibat lima dosa. Share sini.

Kejap yo,
"Wahai Muhajirin, ada lima perkara yang jika kalian diuji dengannya - dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya - yaitu: (1) Tidaklah perzinaan muncul secara terang-terangan di suatu kaum, kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah penyakit dan kelaparan yang belum pernah menimpa orang-orang sebelum mereka. (2) Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa kemarau panjang, kesulitan ekonomi, dan kezhaliman penguasa. (3) Tidaklah mereka menahan zakat, kecuali hujan akan ditahan dari mereka. Dan jika bukan karena hewan ternak, maka mereka tidak akan mendapatkan hujan sama sekali. (4) Tidaklah mereka melanggar janji kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali musuh dari luar akan menguasai mereka dan merampas sebagian apa yang ada di tangan mereka. (5) Tidaklah para pemimpin mereka berhukum dengan selain Kitabullah dan memilih-milih dari apa yang Allah turunkan, kecuali Allah akan jadikan kehancuran di antara mereka." (HR. Ibnu Majah)

Nah. Dosa nomor (2) itulah yang mengakibatkan diberi kuasanya seorang pemimpin yang zhalim ke atas kita. Dosa nomor (4) itulah yang mengakibat dijajahnya kita atau saudara kita. Dan dosa nomor (5) itulah yang mengakibatkan terus meningkatnya jumlah korban dan kematian di antara kita.

Sekarang cari hadits, "tidak akan melepaskan kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian."

"Apabila kalian telah berjual beli dengan cara 'inah, dan kalian telah mengikuti ekor-ekor sapi, serta kalian telah ridha dengan bercocok tanam, dan kalian telah meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan melepaskan kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian." (HR. Abu Dawud)

Ini kah Bang?

Nah itu dia. Meninggalkan jihad. Jihad itu bagian dari agama. Jika ditinggalkan, maka taubatnya adalah kembali ke medan jihad yang dalam hadits itu disebut dengan “kembali pada agama kalian". Pilihan kata Nabi itu harusnya membuat umat ini merinding. Bukankah kata “kembali pada agama” harusnya hanya digunakan untuk orang yang telah “meninggalkan agama”?

Maksudnya jihad disini bagaimana ya Bang?

Soal pengertian jihad, Baca tulisan saya "Dimana Sempurnanya Islam?" Kalau udah, bilang!

Kata-kata jihad abang cantumkan disini bagian paragraf terakhir sebelum abang tutup tulisan:

Haji merupakan bagian dari jihad yang berarti kesungguhan untuk menegak agama di muka bumi ini. Itu karena untuk berhaji, seseorang perlu bersungguh-sungguh mengerahkan segenap diri dan hartanya. Jihad sendiri merupakan kesempurnaan yang membedakan Islam dari agama-agama yang disempurnakannya. Jika cukup disebut muslim orang yang bersyahadat, shalat, zakat dan puasa, maka semua itu juga dikerjakan oleh kaum Nabi Musa dan Nabi Isa. Itu sebabnya Nabi mempersilakan orang yang tidak berhaji padahal tidak ada pertumpahan darah di dalamnya (padahal ia mampu) untuk mati sebagai Yahudi atau Nasrani.

Berarti jihad itu kesungguhan untuk menegakkan agama di muka bumi? Begitukah Bang?

Iya pas. Kuncinya adalah menggunakan harta dan diri. Masalahnya. Sekarang ini yang kita donasikan paling-paling cuma harta untuk Palestina. Donasi diri untuk tegaknya agama (setidaknya di sekitar kita) hampir sama sekali belum. Terpikir tentang masa depan agama pun mungkin nggak, di situlah penggunaan dirinya missed.

Selama masih cinta dunia takut mati, masih wahn namanya. Masih kayak ibu-ibu hamil. Wahnan ala wahnin. Lemah. Gak heran kalau masih diserang terus…

Itulah daftar dosa yang harus kita tobatin kalau memang ingin mulia lagi. Ga ada paksaan. Tapi Nabi yang gak tega ngeliatnya.

Dahsyat ya Bang

Habaib, ulama, ustadz-ustadz berkumpul di monas 212. Umat pun bersatu meminta pada Allah agar kezaliman dicabut dari bumi kita. Malaikat meneteskan air mata memohon agar Allah kabulkan doa mereka sekali ini. Tapi ngga. Kenapa?

Karena ada dosa yang belum ditobatin. Cari hadits "kalian meminta tapi tidak diberi, kalian minta tolong tapi tidak diberi pertolongan"

"Suruhlah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang munkar, sebelum kalian berdoa kepada Allah dan tidak dikabulkan, sebelum kalian memohon ampunan dan tidak diampuni." (HR. Thabrani)

Ini Bang?

Nah iya, jika kita meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Sudah terjajah bagaimana pun, siapapun yang doa gak ngefek.

Berarti tidak peduli atau tidak muhsin seperti yang abang bilang pengaruh ya Bang?

Iya. Begitulah

Jadi apakah tobatnya cukup hanya istighfar?

Tobatnya, ya ambil lagi tanggung jawab amar ma'ruf nahi munkar. Libatkan harta dari diri dalam perjuangan agama. Obat sakit kepalanya tetap diminum jangan diberhentikan. Khamr yang bikin sakit kepala itulah yang harus diberhentikan. Khamrnya gak usah diperjelas lagi ya…

Jazakallahu khairan.