ISLAM
Islam berarti patuh, tunduk, pasrah dan menyerah kepada kehendak Allah swt. Kamu dapat disebut telah ber-Islam walaupun dalam hati kamu masih ada keraguan mengenai kebesaran Allah dan kedatangan hari kiamat selama kamu: (1) menyatakan dengan bahwa kamu percaya tidak ada yang layak dijadikan sesembahan selain Allah dan kamu percaya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, (2) shalat lima waktu, (3) membayar zakat, (4) puasa di bulan ramadhan dan (5) berangkat haji ke baitullah ketika memungkinkan.
Kelima pilar Islam itu merupakan amal yang dapat dengan jelas terlihat. Amal-amal itu sedemikian terang sehingga membedakan seorang muslim dari seorang yang bukan muslim adalah amat sangat mudah. Menjadi seorang muslim berarti menjadikan perdamaian dunia sebagai cita-cita utama. Bergabung dengan komunitas muslim berarti bergabung dengan komunitas yang berjanji untuk tidak saling mencelakai dengan lisan maupun perbuatan sehingga keselamatan harta dan nyawa di dunia merupakan suatu kepastian dalam suatu komunitas muslim. Hanya saja, di kehidupan setelah mati, keislaman seseorang tidaklah menyelamatkan seseorang yang tidak beriman.
IMAN
Iman berarti percaya. Kamu akan disebut beriman jika dengan hatimu kamu mempercayai: Allah, malaikat-malaikat yang amat patuh yang diciptakanNya dari cahaya, kitab-kitab yang diturunkanNya sebagai petunjuk, para Nabi dan Rasul yang diutusNya untuk dijadikan teladan, hari penghakiman teramat adil yang nanti akan ditegakkanNya dan ketentuan dan takdir yang telah ditetapkanNya sebelum terciptanya segala sesuatu sesuai dengan apa yang diturunkanNya kepada Rasul-Nya.
Iman merupakan pekerjaan hati sehingga orang beriman dan orang yang tidak beriman tidak mudah dibedakan. Tanpa adanya petunjuk jelas dari Allah, menuduh seorang muslim tidak memiliki iman di dalam hatinya merupakan perbuatan yang dikecam berat. Karena itu, seseorang seharusnya lebih fokus mencurigai keadaan imannya sendiri ketimbang orang lain.
Memutuskan untuk menjadi orang beriman berarti memutuskan untuk menganggap saudaranya dan dirinya seperti satu tubuh. Bertekad untuk tidak mencelakakan mereka seumur hidup mungkin cukup untuk menjadikanmu seorang muslim tapi tidak lebih dari itu. Hanya mereka yang sanggup untuk tidak membedakan diri dengan saudaranya dan mencintai mereka seperti mencintai diri sendiri yang layak disebut sebagai orang beriman.
Meskipun tidak membenci, bermusuhan dan berbohong, orang beriman tidaklah suci dari dosa (berupa kemunkaran, kekejian, sikap melampaui batas, dll). Karena itu orang beriman, diperintahkan melakukan beberapa bentuk penyucian diri. Shalat yang dilakukan dengan benar menyucikan seseorang dari kekejian dan kemunkaran. Zakat menyucikan seseorang dari sikap melampaui batas. Puasa menyucikan seseorang dari dosa-dosa lainnya.
TAQWA
Dengan semua itu naiklah derajat orang-orang beriman ini menjadi orang-orang yang bertaqwa. Taqwa berarti takut yang disertai persiapan untuk menghadapi apa yang ditakutkan itu. Allah memerintahkan kita agar takut kepada-Nya dan kepada neraka. Bertaqwa kepada neraka berarti takut harus masuk ke dalam neraka lalu melakukan persiapan yang dapat menghindarkan diri dari terjatuh ke dalamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari apa-apa yang diharamkan Allah.
Lalu bagaimana puasa dapat menjadikan seorang naik ke derajat taqwa? Jika yang halal saja pun (makan, minum dan berjima’ dengan istri) sanggup ditinggalkan orang yang berpuasa di siang Ramadhan, tentulah yang haram mereka tinggalkan lebih jauh. Dalam sebuah khabar dikatakan bahwa: siapa yang meninggalkan seluruh larangan Allah masuk ke dalam golongan manusia yang paling bertaqwa. Maka, tidaklah mengherankan orang-orang yang berpuasa naik ke derajat taqwa.
KEBAJIKAN (BIRR)
Tapi, taqwa yang menjadi tujuan dari puasa pun bukanlah akhir dari perjalanan. Taqwa hanyalah bekal bagi seorang yang hendak berangkat haji. Dengan melakukan perjalanan haji, orang yang bertaqwa dipaksa meninggalkan rutinitas di negerinya dan menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan dan kehidupan dunia yang mereka jalani hanyalah satu stasiun yang harus dilalui. Orang yang menyadari bahwa dunia ini kelak akan ditinggalkan tidak akan menjadikan kebahagiaan dunia sebagai tujuan lalu menjadikan kebahagiaan akhirat sebagai tujuan. Dan itu akan menjadikannya memandang dunia ini sebagai ladang kebajikan. Karena itulah orang-orang yang hajinya mabrur derajatnya naik menjadi orang-orang abrar, yakni orang-orang yang penuh dengan kebajikan.
Haji merupakan bagian dari jihad yang berarti kesungguhan untuk menegak agama di muka bumi ini. Itu karena untuk berhaji, seseorang perlu bersungguh-sungguh mengerahkan segenap diri dan hartanya. Jihad sendiri merupakan kesempurnaan yang membedakan Islam dari agama-agama yang disempurnakannya. Jika cukup disebut muslim orang yang bersyahadat, shalat, zakat dan puasa, maka semua itu juga dikerjakan oleh kaum Nabi Musa dan Nabi Isa. Itu sebabnya Nabi mempersilakan orang yang tidak berhaji padahal tidak ada pertumpahan darah di dalamnya (padahal ia mampu) untuk mati sebagai Yahudi atau Nasrani.
Itulah kiranya wawasan yang dapat kubagikan tentang perjalanan panjang seorang yang mengaku muslim menuju Islam yang sejati. Tapi sungguh semua itu baru awalnya.