Kemarin entah bagaimana terputar dalam kepalaku lagu Virgoun, “Kamu adalah bukti. Dari cantiknya paras dan hati.” Kemudian aku berpikir apakah seorang perempuan pasti klepek-klepek jika dipuji seperti itu? Kurasa iya tapi mungkin tidak semua.
Beberapa perempuan yang logikanya seperti logikaku mungkin akan menjawab, “Jadi kamu terpesona dengan kecantikan paras dan hati ya? Bagaimana jika besok kamu menemukan perempuan lain yang kecantikan paras dan hatinya lebih dariku? Jangan bilang akulah yang tercantik di seluruh dunia! Kamu belum lihat setiap perempuan di seluruh dunia dan kita berdua sama-sama tahu betapa kecil peluangnya.”
Maka pencarianku atas gombalan yang tak dapat ditepis, pujian yang pasti bikin klepek-klepek dan rayuan yang pasti meluluh-lelehkan wanita pun dimulai.
KAMU CANTIK
Mari kita mulai dengan gombalan klasik, “kamu cantik.” Seperti yang sudah kucontohkan di atas, jika saja seorang perempuan cukup logis maka ia akan dapat menahan gombalan itu dengan jawaban, “banyak perempuan lain yang lebih cantik dari aku.” Tentu saja perempuan selogis itu tidak banyak, itu sebabnya masih banyak perempuan yang percaya (dan akhirnya termakan) dengan rayuan macam ini.
Kalaupun kepedean seorang perempuan menerbangkannya hingga dia percaya bahwa dialah perempuan tercantik di dunia ini, ia masih bisa menjawab, “Kita tahu kecantikan ini sifatnya amat sementara. Apakah menurutmu aku harus menyerahkan hatiku pada orang yang akan pergi bersama pudarnya kecantikanku?”
Dari itu kita tahu, gombalan “kamu cantik” bukanlah gombalan yang tak dapat ditepis, pujian yang pasti bikin klepek-klepek dan rayuan yang pasti meluluh-lelehkan wanita.
KAMU BAIK
Jika kecantikan paras akan memudar dalam sepuluh atau dua puluh tahun, bagaimana dengan kecantikan hati yang lebih longlasting? Dapatkah kita mengandalkannya?
Gombalan “kamu baik sekaliii…” tentunya tidak mungkin dijawab seorang perempuan, “apakah kamu akan pergi ketika kebaikan hatiku esok memudar?” Karena kita sama-sama tahu jawabannya adalah “tentu saja.” Lagipula kebaikan hati tidak memudar dan tidak ada orang yang berencana untuk memudarkannya.
Tapi masalahnya, gombalan itu selalu bisa dijawab, “Bagaimana jika besok kamu ketemu wanita yang lebih baik dari aku?” Jika kita berkata bahwa kita akan menolak wanita baik hati itu padahal kita telah diketahui pasti bahwa kita menyukai kebaikan hati, maka kita akan tampak tidak kokoh dengan pendirian kita. Perempuan mana yang mau menjadikan laki-laki yang tidak kokoh sebagai sandaran? Tapi jika kita berkata bahwa kita akan mengejar wanita baik hati itu tanpa meninggalkan dia, maka kita akan berhadapan dengan kecemburuan wanita yang sampai sekarang belum ada obatnya.
“Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi. Tentang terang dan gelapnya hidup ini.”
Kukira pilihan yang tersisa hanyalah metafora-metafora yang kebenarannya tak dapat dikonfirmasi dengan jelas.
***
Semua rayuan yang telah kita sebutkan mungkin berhasil meluluhkan pertahanan independent woman (yang umumnya amat haus akan validasi meskipun berusaha untuk tidak terlihat begitu) tapi seluruh wanita? Kurasa tidak.
Aku nyaris mengira menemukan rayuan yang dijamin pasti akan meluluh-lelehkan setiap wanita ini adalah mission impossible ketika aku akhirnya teringat Rasulullah. Jika beliau memuji istrinya suatu pujian, pastilah pujian beliau itu menembus batas-batas yang dapat dicapai pujian-pujian kita. Karena itu, mari kita kembalikan urusan ini kepada Sang Teladan.
GOMBALAN RASULULLAH
Ibunda Khadijah Al-Kubra adalah istri pertama Rasulullah yang tak pernah dimadu hingga wafatnya. Sepeninggal beliau, Rasulullah kerap menyebut namanya, memujinya dan mengenang kebersamaan dengannya. Hal itu membuat sebagian istri Rasulullah cemburu.Suatu ketika Ibunda Aisyah yang tengah cemburu berkata, “Khadijah hanyalah seorang perempuan tua, dan Allah telah memberi gantinya untuk engkau seorang perempuan yang lebih baik darinya.”Perkataan Ibunda Aisyah ini segera ditepis oleh Rasulullah, “Tidak! Allah tidak memberikan pengganti untukku yang lebih baik darinya. Ia sungguh-sungguh percaya tatkala orang-orang mengingkariku. Ia membenarkanku ketika orang-orang mengatakan aku berdusta. Ia membantuku dengan harta bendanya di saat orang-orang menjauhi dan memboikotku. Darinya Allah mengaruniakan anak kepadaku.”
Baca ulang setiap kalimat pembelaan Rasulullah kepada Ibunda Khadijah di atas. Itulah gombalan yang tak dapat ditepis, pujian yang pasti bikin klepek-klepek dan rayuan yang pasti meluluh-lelehkan wanita. How?
Perempuan cantik mungkin ada banyak. Perempuan baik mungkin ada banyak. Tapi perempuan yang pertama kali menaruh kepercayaan dan dukungannya padamu tentu hanya satu. Kalaupun ada banyak perempuan yang kelak percaya dan mendukungmu, mereka semua bukan yang pertama.
Pemberian apapun yang dapat ditawarkan perempuan yang datang kemudian jelas tidak dapat mengalahkan pemberian yang telah diberikan seorang perempuan saat tidak ada orang lain yang menolongmu.
Lalu kamu mungkin bertanya, “Tapi apa mungkin kita mengatakan ‘kamulah yang ada saat yang lain menolakku’ untuk menggombal gadis yang baru saja kita kenal?” Tentu saja tidak. Rasulullah ingin agar laki-laki yang mengikuti beliau mendapat pahala bukan dosa. Itu sebabnya pujian/gombalan yang beliau berikan tidak cocok diberikan kepada selain kekasih yang telah dihalalkan.
Maka hai para suami, jika kamu hendak menggombal dengan gombalan yang tak dapat ditepis, memuji dengan pujian yang pasti bikin klepek-klepek dan merayu dengan rayuan yang pasti meluluh-lelehkan, katakanlah kepada istrimu: “Wahai cintaku, bagaimana mungkin aku dapat menemukan penggantimu? Kamu telah memilihku saat semua perempuan lain memandangku sebelah mata. Kamu telah menjual maskawinmu waktu aku di-PHK. Dan kamulah satu-satu ibu dari anak-anakku.” BEUUH!!!! Dijamin! Dijamin meleleh ieu teh!
Setelah kamu gombalin kayak gitu, meskipun yang kamu minta adalah nongkrong sama temen atau beli PS5, pasti dikasih!
SESUATU YANG LAYAK DIBANGGAKAN
Pujian atas kecantikan suatu lukisan sebenarnya merupakan pujian kepada pelukisnya. Maka konyol sekali ketika seorang wanita berparas cantik merasa bangga dengan pujian orang-orang atas kecantikannya (padahal Allah yang melukis parasnya itu).
Kalaulah kecantikan layak dibanggakan, apakah setiap wanita punya kesempatan yang sama untuk dipuji kecantikannya? Tapi setiap wanita punya kesempatan yang sama menjadi wanita yang pertama kali menerima seorang pemuda saat yang lain menolaknya. Setiap wanita berkesempatan menjadi penolong di saat-saat tersulit kehidupan seorang lelaki. Dan setiap wanita berkesempatan menjadi ibu bagi anak-anak suaminya sehingga kemuliaan yang layak dibanggakan itu kini bukan lagi milik segelintir wanita tapi milik setiap wanita yang bersedia menempuh jalannya.
Lalu, apa yang disisakan perempuan yang tidak bersedia menemani dari nol, sukanya sama laki-laki beristri dan menganut paham childfree bagi dirinya sendiri untuk dibanggakan? Maka pujilah mereka sesering mungkin “kaulah wanita tercantik di dunia” dan “kaulah wanita paling baik yang pernah kutemui.”