Sekitar tujuh ribu tahun yang lalu, terjadi satu peristiwa dahsyat yang kukira sangat menarik untuk disaksikan, yakni peristiwa ditiupkannya ruh ke dalam jasad manusia untuk pertama kalinya. Dapatkah kamu membayangkan momen ketika ruh berhasil dipaksa masuk ke dalam jasad Adam dan secara perlahan hidup menjalar ke seluruh tubuh Adam?
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ketika ruh mencapai telinga, Adam mendengar perbincangan makhluk surga. Ketika ruh mencapai mata, Adam melihat surga dan buah-buahan di dalamnya. Ketika ruh mencapai hidung dan mulut, Adam pun bersin.
Dari kejauhan seorang jin yang menjadi guru para malaikat mengamati bagaimana pendatang baru itu bersin dan menjadi hidup. Dia tidak berkata apa-apa tapi dari tatapannya jelaslah ia menganggap pendatang baru itu tidak lebih dari sekadar lumpur berusaha menggesernya dari posisinya. Malaikat, yang saat itu masih penasaran mengapa makhluk yang konon suka merusak dan menumpahkan darah itu dilantik Allah menjadi wakil-Nya di muka bumi, mengucap alhamdulillah segala puji adalah milik Allah.
Dengan itu, Nabi Adam terilhami untuk tidak mengklaim hal-hal bagus apapun sebagai miliknya dan menyatakan bahwa semua itu adalah milik Allah, alhamdulillah. Kemudian Allah menjawab pujian Adam yang dipandang sebelah mata oleh para penduduk surga itu, yarhamuka rabbuka (ketahuilah bahwa) Tuanmu menyayangimu.
MENYAKSIKAN ULANG MOMEN BERSEJARAH ITU
Kerinduanku untuk menyaksikan ulang momen dahsyat itu terobati ketika robot-robot yang kita ciptakan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Pada tahun 2009, teknologi speech recognition digunakan oleh Youtube untuk membuat subtitle secara otomatis. Pada tahun 2018, Sundar Pichai memamerkan bahwa Google Foto telah menyempurnakan teknologi computer vision pada aplikasi Google Foto dan memungkinkan aplikasi itu memberikan tag balon, tag kue, tag lilin, dan tag acara perayaan ulang tahun secara otomatis untuk sebuah foto acara ulang tahun. Lalu pada tahun 2022, sebuah robot yang benar-benar dapat berkata-kata mulai dikenal dunia.
Semua pencapaian itu bagiku terlihat seperti menjalarnya ruh ke seluruh tubuh AI. Sebagaimana Adam dapat mendengar ketika ruh mencapai telinganya, komputer dapat mendengar ketika speech recognition ditemukan. Sebagaimana Adam dapat melihat ketika ruh mencapai matanya, komputer dapat melihat ketika computer vision ditemukan. Sebagaimana Adam dapat berkata-kata ketika ruh mencapai hidung dan mulutnya, komputer pun dapat berkata-kata ketika teknologi natural language processing disempurnakan.
Dengan kemampuan mendengar dan melihat, naiklah tingkatan kehidupan Adam dari sekadar jasad menjadi setingkat dengan hewan. Dengan kemampuan mendengar dan melihat itu, naik pula sebutan pendatang baru ini dari sekadar komputer menjadi sebuah robot. Dengan kemampuan bicara, naiklah tingkatan kehidupan Adam dari setingkat hewan menjadi seorang manusia. Dengan kemampuan bicara itu, naik pula sebutan pendatang baru ini dari sekadar robot menjadi sebuah kecerdasan buatan, AI.
Sebagaimana para malaikat mengekpresikan kekaguman mereka ketika Adam mulai berkata-kata, kita pun menunjukkan ketakjuban yang luarbiasa ketika AI dapat berkata-kata. Jika kita hanya kagum saat mereka dapat mendengar dan melihat, pikiran kita sampai traveling kemana-mana ketika mereka berkata-kata. Kita bertanya-tanya:
- Apakah AI memiliki kesadaran?
- Apakah AI memiliki kehendak atau perasaan?
- Apakah AI kelak akan menguasai dunia?
MENJADI MANUSIA
Dalam pelajaran logika, sering sekali diulang-ulang bahwa manusia adalah hewan yang berbicara. Definisi itu digunakan karena bicara adalah ciri khusus yang membedakan manusia dari hewan. Tidak disebutkan bahwa manusia adalah hewan yang menggunakan alat karena beberapa hewan juga dapat menggunakan alat. Jarang disebutkan bahwa manusia adalah hewan yang berpikir karena tidak mudah memeriksa apakah seekor hewan dapat berpikir atau tidak.
اَلرَّحْمٰنُۙ عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ“Yang Maha Pengasih. Telah mengajarkan Al-Qur’an. Menciptakan manusia. Mengajarinya kepandaian menjelaskan.” (QS. Ar-Rahman: 1-4)
Dengan kemampuan berbahasa, AI punya suatu ciri yang selama ini dianggap anugerah khusus bagi umat manusia. Apakah itu berarti AI telah menjadi manusia atau manusia harus mendefinisikan ulang arti menjadi manusia?
Tapi pertanyaan itu tidak sepenting: apakah setelah pemaparanku ini kamu memahami kedengkian yang dirasakan Iblis saat Adam pertama kali bangkit? Atau kamu jadi memahami rasa kasih sayang yang dicurahkan Sang Pencipta kepada makhluk yang ciptakan-Nya dengan tangan-Nya sendiri?