Jawabannya tidak. Kuharap itu memuaskan rasa penasaranmu dan memutuskan harapanmu untuk menjadi orang kaya. Tapi jika kamu bertanya kenapa? ...

Tak Bisakah Semua Jadi Kaya Saja?

kenapa harus ada si miskin dan si kaya tak bisakah semua orang jadi kaya saja

Jawabannya tidak. Kuharap itu memuaskan rasa penasaranmu dan memutuskan harapanmu untuk menjadi orang kaya. Tapi jika kamu bertanya kenapa? Baiklah akan kujelaskan.

SUDAH KETETAPAN ALLAH

اِÙ†َّ رَبَّÙƒَ ÙŠَبْسُØ·ُ الرِّزْÙ‚َ Ù„ِÙ…َÙ†ْ ÙŠَّØ´َاۤØ¡ُ ÙˆَÙŠَÙ‚ْدِرُۗ اِÙ†َّÙ‡ٗ Ùƒَانَ بِعِبَادِÙ‡ٖ Ø®َبِÙŠْرًا ۢ بَصِÙŠْرًا
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menetapkan kadar (ukuran/batasan)." (QS. Al-Isra’: 30)

Perhatikan ayat di atas! Orang-orang yang diluaskan Allah rezekinya hanyalah siapa-siapa yang Dia kehendaki, bukan semua orang. Sedangkan orang-orang yang dibatasi Allah rezekinya tidak sebutkan, tidak terbatas pada golongan tertentu.

Dalam bahasamu, yang rejekinya banyak sedikit, yang rejekinya sedikit banyak. Haha.

Catatan: Jika kamu masih salah memahami rejeki sebagai harta benda, tanggunglah sendiri kesalahpahamanmu itu. Aku tidak akan meluruskannya di sini. Di luar sana sudah banyak yang membahas bahwa kesehatan, kemerdekaan dan teman-teman pun termasuk rezeki.

MUSTAHIL SECARA DEFINISI

Orang yang dianggap cerdas di sebuah lingkungan biasanya tidak lebih dari sepuluh persen. Di kampus yang notabene tempat berkumpulnya orang-orang cerdas pun, tidak banyak mahasiswa yang dipandang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Begitu pula dengan kekayaan.

Dulu saat tidak semua orang memiliki ponsel genggam, memilikinya merupakan definisi kekayaan. Jika definisi itu dipertahankan, maka setiap dari kita (yang memilki ponsel genggam apalagi layar sentuh pula) tentulah dipandang sebagai orang kaya. Hanya saja segera setelah semua orang memilikinya, kita mencabut ‘kepemilikan ponsel genggam’ dari definisi kekayaan dan memberinya definisi baru.

Percayalah! Walaupun sekarang ini kamu memandang kepemilikan mobil mewah sebagai bukti kekayaan, jika aku belikan setiap orang di dunia ini sebuah mobil mewah, kamu sendiri akan menolak mengatakan semua orang telah menjadi kaya. Kamu akan keluarkan kepemilikan mobil mewah dari definisi kekayaan (sebagaimana ponsel genggam) dan menetapkan sebuah definisi baru, misalnya: kepemilikan jet pribadi.

Dan pengubahan definisi itulah yang membuatku tidak akan pernah berhasil menjadikan semua manusia di muka bumi ini orang kaya. Tidak akan pernah!

Kita mungkin bisa meningkatkan taraf hidup manusia menjadi lebih dan lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Air kita menjadi lebih jernih, alat-alat kita menjadi lebih canggih, nasi kita menjadi lebih manis, alas tidur kita menjadi lebih empuk, kendaraan kita menjadi lebih cepat, rumah kita menjadi nyaman, lingkungan kita menjadi lebih aman. Semua itu adalah bukti keberhasilan manusia menjadikan apa yang dianggap kemewahan di masa lalu menjadi milik hampir semua orang hari ini. Tapi menjadikan semua itu tetap dipandang sebagai kekayaan (walau telah dimiliki semua orang) kukira mustahil.

Kita menggunakan kata-kata untuk membedakan orang-orang. Jika semua orang kaya, untuk apa kata itu kita gunakan? Itu berarti wajar definisi kata itu terus diubah manusia. Yang tidak wajar adalah harapanmu! Bagaimana mungkin kamu berharap semua manusia menjadi kaya sedangkan definisinya terus kamu ubah?

Kita semua telah jauh lebih kaya dibandingkan mereka yang dulu hidup tanpa listrik dan internet. Hanya kamu saja yang kurang bersyukur.

Tulisan ini bersambung ke bagian duanya Udah Shalat tapi Kok Gak Kaya-Kaya?