“Tidak ada yang mengetahuinya kecuali sang waktu.” “Biarlah waktu yang menjawab.” Kata-kata semacam itu pernah membuatku gusar. Jika hanya w...

Di Bawah Kuasa Waktu

konsep apa itu waktu dalam islam

“Tidak ada yang mengetahuinya kecuali sang waktu.” “Biarlah waktu yang menjawab.”

Kata-kata semacam itu pernah membuatku gusar. Jika hanya waktu yang mengetahui lalu dimana Allah? pikirku. Sebagai penikmat sains, aku mengagumi waktu lebih dari orang-orang di sekitarku TAPI aku tidak sampai mengagungkannya sebagaimana aku mengagungkan Sang Pencipta.

PESONA SANG WAKTU

Di mata seorang saintis waktu adalah misteri yang tak habis-habis untuk digali. Walaupun Al-Qur’an telah mengisyaratkan perihal itu tatkala ia turun, baru beberapa dekade lalu mereka tahu bahwa waktu bisa saja mengalir seperti tetesan air keran ke atas seseorang dan tumpah seperti air bah ke atas seseorang yang lain.

Ribuan tahun lalu, sekelompok penyihir berhasil memanfaatkan nama besar zruvan (waktu) untuk menjatuhkan kemutlakan Ahura Mazda di hadapan sebagian penganut Zoroaster.

Jika ditanyakan kepada orang-orang yang tidak meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa membolak-balik keadaan siapa sosok yang bertanggung jawab atas bergantinya malam jadi siang dan siang jadi malam?, maka mereka akan menjawab waktulah yang melakukannya. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Jatsiyah ayat 24:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ
Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain waktu’ … ” (QS. Al-Jatsiyah: 24)

Mereka tidak percaya kepada Allah Yang Maha Kuasa tapi mereka amat sangat yakin waktu adalah suatu kekuatan yang tiada siapapun dapat menahan lajunya. Mereka tidak percaya kepada Allah Yang Maha Mengetahui tapi mereka amat sangat yakin waktu adalah satu-satunya yang dapat menjawab segala misteri. Mereka bahkan berkata “inilah kehendak sang waktu” sebagai ganti Masya Allah, (inilah) yang dikehendaki Allah. Demikianlah besarnya keimanan mereka kepada sang waktu.

Masalahnya muncul ketika mereka menjadikan adanya waktu (yang tiada tanding itu) alasan untuk menolak Allah. Andai mereka tahu hakikatnya, tentulah tidak ada penolakan semacam itu. Itu sebabnya, di ayat yang sama Allah menjelaskan:

وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
… dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (QS. Al-Jatsiyah: 24)

Pertanyaanku: tahukah kamu mengapa penolakan itu tak semestinya terjadi? Jawabnya ada dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Akulah waktu itu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.’” (HR. Muslim no. 6000)

DIALAH SANG WAKTU ITU

Ternyata Dialah Sang Waktu itu. Ternyata kita telah mengenalnya sejak lama. Ternyata sebenarnya mereka mengagungkan Tuhan yang kita sembah walaupun terdapat sedikit kesalahpahaman di antara kita dan mereka.

“Akulah Sang Waktu itu,” kata Dia.