Perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas adalah perbuatan yang kosong dari segala niatan (selain Allah). Seseorang yang bersedekah dengan niat...

Ketiadaan pun Tidak Serupa dengan Dia

pola geometri arabesque yang sering dijumpai di masjid dan terkesan transedental untuk menghindari bentuk makhluk hidup atau materi duniawi oleh mashrabiya

Perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas adalah perbuatan yang kosong dari segala niatan (selain Allah). Seseorang yang bersedekah dengan niat yang tulus/ikhlas/murni tidak bersedekah untuk mendapat balasan sepuluh kali lipat sebagaimana dijanjikan, tidak untuk mendapatkan kesembuhan, ketenangan hati, atau perasaan bahagia karena telah melakukan perbuatan baik dan pantas, tidak untuk mendapatkan pahala yang dapat ditukar dengan sebuah rumah, kebun, fasilitas atau keistimewaan lain dalam surga. Hati mereka kosong dari semua itu.

Tidak seperti rumah ibadah lain, masjid adalah sebuah rumah yang kosong dari segala aktivitas bahkan benda-benda keduniaan, atau setidaknya begitulah seharusnya. Adanya benda-benda seperti bangku dan meja dipandang menghalangi seseorang untuk melepas perhatian dari alam materi. Kalaupun benar-benar perlu, penggunaan lemari dan mimbar diminimalisir. Sedangkan ornamen-ornamen masjid dijaga agar kosong dari keserupaan dengan makhluk apapun. Itu sebabnya dalam masjid lebih banyak digunakan pola-pola bentuk geometri yang kesannya lebih transendental.

Pikiran yang kosong dari keduniaan adalah syarat agar manusia dapat melihat akhirat. Dan pikiran yang kosong dari akhirat adalah syarat untuk dapat ‘melihat’ Allah. Sebagai buktinya jawablah, “apa yang sedang kamu lihat?” … … …

Besar kemungkinan kamu akan menjawab, “blog Bang Habib”. Baru ketika layar ini kosong dari tulisan apapun, kamu akan menjawab, “layar” atau “handphone” atau “laptop”. Jika tebakanku tidak besar, sekali lagi jawablah, “siapa kamu?” … … …

Besar kemungkinan kamu akan menjawab pertanyaan itu dengan namamu, profesi/kesibukanmu, atau atribut-atribut yang melekat pada dirimu. Kamu gagal mendapat gambaran utuh tentang dirimu yang sebenarnya karena tidak kosongnya kamu dari semua atribut-atribut itu.

Alam semesta ini juga berawal dari ketiadaan atau dengan kata lain, kehampaan, kekosongan.

Tapi jangan sekali-kali mengira bahwa Dia itu kekosongan atau ketiadaan. Jangan mengira Allah itu tidak ada! Itu karena Dia bukan berkata “tiada yang serupa dengan Dia” tapi “tiada sesuatu pun yang serupa dengan semisal-Nya.”

لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡء وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ
Tiada yang serupa dengan semisal-Nya. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Dengan adanya dua lapis penyerupaan/pengumpamaan/analogi, Allah benar-benar bebas dari suatu tandingan. Bahkan jika hendak disalahartikan pun, ketiadaan hanya dapat menyerupai sesuatu yang merupakan tamsil bagi-Nya bukan secara langsung menyerupai Dia.

Maaf, mungkin ini yang paling berat tapi kukira ini bukan bagian dari rahasia, itu sebabnya ini langsung kutulis dan kubagikan.