Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda: "Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, ...

Iman Sebesar Biji Sawi itu Gimana?

apa yang dapat kita lakukan dengan iman sebesar biji sawi

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda:
"Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.' Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka..."
Dari sini, diketahui bahwa iman adalah perkara yang sangat mahal. Sekecil-kecil iman kelak akan dibalas Allah dengan surga yang luasnya 10 kali lipat bumi ini. Dibandingkan dengan iman, emas yang senantiasa membuat kita bersaing dan bermusuhan sama sekali bukan apa-apa. Jangankan sebesar biji sawi, sebesar semangka pun, emas belum cukup untuk membeli lahan seluas bumi ini, bahkan satu pulau atau kecamatan pun belum.

Pertanyaannya, adakah iman kita ini sekurang-kurangnya sebesar biji sawi itu? Tahukah kamu manusia macam apa yang imannya sebesar biji sawi itu?

KECINTAAN SEBESAR BIJI SAWI

Dikisahkan bahwa Nabi Isa a.s. suatu saat melewati seorang pemuda yang sedang menyiram kebunnya. Pemuda itu berkata,”Mohonlah kepada Tuhan agar menganugerahi saya kecintaan kepada-Nya walau sebesar biji sawi.”

“Engkau tidak akan mampu menanggungnya, walau sebesar biji sawi,”jawab Sang Nabi Isa a.s.

“Kalau begitu, separuh biji sawi,” pinta pemuda itu. Akhirnya Isa a.s. berdoa sesuai permintaan pemuda itu.

Setelah beberapa waktu lewat, Isa a.s. kembali lagi melewati rumah pemuda itu. Ia bertanya kepada orang-orang di sekitar situ, tentang keadaan si pemuda. Orang-orang mengatakan bahwa si pemuda itu mungkin adalah jin dan telah pergi ke puncak gunung.

Nabi Isa pun akhirnya berdoa, meminta kepada Tuhan agar memperlihatkan kondisi si pemuda. Saat hijab dibuka, Nabi Isa a.s. melihat si pemuda itu berdiri di atas sebuah batu sambil terus memandang langit. Nabi Isa mengucapkan salam kepadanya, tetapi ia tak bergeming. Nabi Isa menegurnya,”aku adalah Isa!”.

Allah Swt kemudian berfirman,”Bagaimana dapat mendengar ucapan manusia orang yang di dalam kalbunya terdapat separuh biji sawi kecintaan kepada-Ku. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, kalau pun engkau memotongnya dengan gergaji, niscaya ia tidak akan menyadari hal itu!”

Jika itu perkara kecintaan, bagaimana dengan iman?

IMAN SEBESAR BIJI SAWI

Kalau kamu bertanya pada seorang nasrani maka dia akan bilang bahwa Nabi Isa pernah bersabda, "Kalau kalian mempunyai iman sebesar biji sawi, kalian dapat berkata kepada pohon ara ini, 'Tercabutlah engkau dan tertanamlah di laut,' pasti pohon ini akan menurut perintahmu."

Kalaulah riwayat itu benar, sudah adakah iman kita sebesar biji sawi?

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub yang ditulis oleh Imam Ghazali terdapat suatu riwayat Ka‘ab Al-Akhbar radhiyallahu anhu berkata: “Sesungguhnya anak cucu Adam alaihis salam bila keyakinannya mencapai berat satu biji akan Keagungan Allah Azza wa Jalla, pasti ia akan mampu berjalan di atas air dan angin. Maha Suci Allah yang menjadikan Janji yang lemah untuk menemukan kema‘rifatan iman sebagaimana pengakuan janji orang yang memperoleh nikmat dengan janji lemah dalam hal syukur kepada-Nya.“

Dari gambaran di atas, kukira dapatlah kita mengukur iman kita ini.

Islam (bersaksi dua kesaksian, shalat, puasa, zakat, haji) adalah klaim yang mudah karena semuanya dapat dilihat dengan mata kepala tapi Iman (kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, hari kiamat, ketentuan-Nya) tidak dapat diklaim begitu saja karena semua itu letaknya di dalam hati.

قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Ketika Nabi membocorkan daftar nama orang-orang munafik (yakni orang yang tampak luarnya Islam tapi sebenarnya tidak memiliki Iman dalam hatinya), Umar sangat khawatir namanya ada dalam daftar itu. Itu berarti orang yang benar imannya tidak akan dengan mudah menyebut dirinya beriman tanpa adanya bukti.

Sudah pahamkah kita betapa mahalnya iman? Dengan emas kita mungkin dapat membeli makanan yang bisa basi, pakaian yang bisa usang, kendaraan yang bisa rusak, dan rumah yang bisa lapuk. Tapi dengan iman kita dapat mengucap salam, shalat, sedekah, puasa, dan mengucap nama Allah sehabis bersin. Dan semua itu kelak akan diganjar dengan makanan, pakaian, kendaraan, istana, bahkan kebun dan investasi lainnya yang tak pernah rusak selama-lamanya.

Sudah pahamkah kita betapa mahalnya iman?

Medan, 30 April 2022