Setelah membaca bagian pertama, kamu tentu telah mengerti mengapa meningkatkan gajimu 10x lipat merupakan usaha yang sia-sia yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Kamu telah mengerti mengapa menyesuaikan kenyataan dengan harapan lebih sering gagal ketimbang berhasil menyelesaikan masalah. Sekarang, bolehkah kita melirik pada cara kedua?
Cara kedua meniadakan masalah itu adalah menyesuaikan harapan dengan kenyataan. Cara ini jarang sekali dipilih. Jika skor TOEFL-mu cuma 350, jangan berharap masuk universitas yang butuh skor TOEFL 550, pilih saja universitas abal-abal di dekat rumahmu. Jika kamu cuma dianggapnya sebagai teman, jangan berharap dianggapnya spesial ntar kamu kecewa, harapkan saja hanya dianggap sebagai kenalan sehingga kenyataan lebih baik dari apa yang kamu harapkan. Jika gajimu cuma 8 juta, jangan berharap gajimu 20 juta, ntar kamu kecewa. Harapkan saja gajimu cuma cukup untuk bayar makan sekali sehari dan bayar kontrakan sehingga kamu menganggap gajimu yang 8 juta itu amat layak disyukuri. Gimana?
Itu cara yang pasti berhasil untuk menghilangkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan lho! Itu cara yang pasti berhasil untuk menghilangkan masalah. Sesuaikan saja harapannya dengan kenyataan yang ada. Bukankah mengubah harapan lebih mudah dibanding dengan mengubah kenyataan yang jelas-jelas berada di bawah kekuasaan selainmu? Cara ini mungkin terdengar aneh bagi kamu yang senantiasa memperturutkan kehendak nafsu tapi inilah cara yang lebih mungkin untuk berhasil dan ini pula cara yang dianjurkan oleh agama.
Ini menjadi semakin mudah karena tanpa dikendalikan pun, harapanmu akan turun juga mengikuti kenyataan yang ada. Coba perhatikan gambar di atas! Pada mulanya besarnya jarak antara gaji yang kamu harapkan (20 juta) dengan gajimu sebenarnya (8 juta) menjadikan masalahmu amat besar. Tapi setelah satu tahun bekerja tanpa kenaikan gaji kamu pun mulai berkata, “Tak usah 20 juta, naik jadi 15 juta saja pun aku sudah senang.” Lima tahun kemudian kamu pun berkata, “10 juta pun gapapa.” Dan setelah sepuluh tahun kamu berkata, “9 juta pun jadi.” Perhatikan! Lama kelamaan masalahmu hilang.
Beban 10 kg mungkin terasa berat bagi otot-otot lenganmu pada mulanya tapi dengan terus menerus latihan beban yang sama tidak lagi terasa. Bebannya sama tapi beratnya tidak lagi terasa. Gajinya tidak berubah tapi masalahnya tidak lagi ada.
Sekarang, mengingat cita-citamu adalah hidup bahagia tanpa masalah, menimbang bahwa cara pertama maupun cara kedua membutuhkan usaha dan latihan, masihkah kamu merasa cara pertama lebih layak diusahakan ketimbang cara kedua?
Masihkah kamu merasa perlu berada di puncak kenikmatan dunia untuk dapat berkata, “kini tidak ada lagi kenikmatan dunia yang cukup menyenangkan untukku.” Atau kamu sudah dapat meniru para kekasih Allah yang dalam gubuknya mampu berkata, “Tidak ada sebentuk harta benda apapun lagi yang kuharapkan di dunia ini.”
Orang pertama menghabiskan umurnya untuk mengubah kenyataan yang ukurannya telah ditetapkan Allah sebelum ia lahir. Sedangkan orang kedua menghabiskan umurnya untuk menguasai hati yang memang diperintahkan Allah agar dibersihkan dari selain-Nya. Pertanyaanku, jalan siapa yang kamu pilih?