Setiap manusia ingin bahagia. Sayangnya kebahagiaan itu tampaknya sulit sekali dicapai. Dalam tulisan ini saya ingin menjelaskan sudut pandang saya tentang mengapa kebahagiaan tidak pernah bertahan lama dan dua cara mencapai kebahagiaan.
Kita akan mulai dengan ketidakbahagiaan. Kita kehilangan kebahagiaan ketika kita menghadapi masalah. Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Misalnya: Kita berharap dapat gaji 20 juta tapi kenyataannya cuma dapat 8 juta, masalah! Kita berharap punya tinggi badan 170 cm tapi kenyataannya cuma 155 cm, masalah! Kita berharap dijadikan orang terpenting nomor dua dalam hidupnya tapi ternyata hanya dijadikan terpenting nomor empat, masalah! Harapannya bisa kuliah di kampus yang minimal skor TOEFL-nya 550 , kenyataannya cuma 325, masalah! Singkatnya jika kenyataan yang terjadi tidak setinggi yang kamu harapkan, kamu punya masalah.
Perhatikan, semakin besar perbedaan harapan dan kenyataan semakin besar pula masalahnya. Karena itu, untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan masalah yang perlu kita lakukan hanyalah memperkecil selisih dari keduanya. Dan itu dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, mengusahakan agar kenyataannya sesuai dengan yang diharapkan. Yang mau tingginya nambah, mungkin dengan cara minum susu dan olahraga. Yang mau skor TOEFLnya nambah, mungkin dengan ikut les dan serius belajar. Yang mau jumlah followernya nambah mungkin dengan pamer kesuksesan sana sini. Semua itu dilakukan hingga kenyataan terdongkrak naik sampai menyentuh kondisi yang diharapkan. Dengan demikian masalah yang merupakan selisih antara harapan dan kenyataan pun akhirnya berkurang bahkan habis sama sekali (seperti pada gambar2)
Cara inilah yang banyak digunakan orang-orang untuk mengikis habis masalah dan mencapai kebahagiaan. Sayangnya, selain membutuhkan modal waktu dan usaha yang seringnya tidak sedikit, cara ini memiliki kelemahan yang amat fatal.
Katakanlah kamu yang berharap punya gaji 20 juta tiba-tiba dipromosikan sehingga gajimu yang tadinya 5 juta naik jadi 50 juta (seperti pada gambar 3)
Dari gambar di atas, dapatkah kamu lihat bagaimana masalahmu berubah menjadi kebahagiaan yang amat sangat dalam satu malam? Malam itu, kamu pun mulai membayangkan bahwa benda-benda yang selama ini cuma bisa menunggu uangmu cukup akhirnya bisa kamu bawa pergi dari toko.
Tapi sayangnya kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Setelah sebulan menikmati keindahan gorden dan kecanggihan handphone baru itu, tanpa kamu sadari ekspektasimu akan keindahan dan kecanggihan pun meningkat. Kamu tidak sadar bahwa perlahan harapanmu naik mengikuti kenyataanmu yang baru. Satu-satunya yang kamu tahu adalah kamu mulai bosan.
Ketika waktu terus berlalu, akhirnya harapan pun menjadi setinggi kenyataan (yang sebelumnya dianggap besar). Dan pada saat itulah di tengah semua kemewahan itu kamu tidak lagi merasakan yang namanya kebahagiaan. Sayangnya, harapan yang tidak dikendalikan tidak berhenti sampai di situ. Saat kamu berada di atas, pencapaian-pencapaian yang sebelumnya tak pernah kamu pandang karena terasa mustahil akhirnya mulai kamu lirik. Pesawat jet pribadi yang sebelumnya tak pernah terlintas dalam benakmu mulai masuk menjadi cita-cita dan harapan barumu ketika teman barumu mengajakmu liburan ke pulau pribadinya. Singkatnya, harapanmu terus bergerak naik hingga akhirnya kamu memandang gaji barumu yang 50 juta itu sebagai jumlah yang kecil.
Saat itulah semua kemewahan yang ada di sisimu mulai terasa datar, hampa dan membosankan. Saat itulah kamu handphone canggih yang dulu kamu cita-citakan, kamu pandang sebagai handphone butut yang lambat, sebagai masalah.
Jadi, apakah meningkatkan gajimu 10x lipat menyelesaikan masalah? Mungkin ya, tapi sifatnya sangat sementara. Dalam waktu singkat semua itu akan menjadi usaha yang sia-sia. Kamu tetap punya masalah. Kamu tetap tidak bahagia.
Lalu bagaimana cara yang lebih efektif untuk bebas dari masalah dan mencapai kebahagiaan? Bersambung ke Cara Pasti Berhasil untuk Bahagia (2).