Di Quora (sebuah platform tanya jawab) banyak kudapati orang-orang bertanya “Jika Tuhan telah menentukan takdir segala sesuatu, mengapa kita dihukum atas dosa-dosa yang kita kerjakan?” "Jika Dia menghendaki dari kita ketaatan, kenapa kita ditakdirkan berdosa?"
Kamu sendiri mungkin pernah menanyakan pertanyaan senada walau tak terutarakan. Sayangnya, menjawab pertanyaan-pertanyaan (terkait akidah) ini jarang sekali menjadi fokus orang tua dan para ustadz. Tak terjawabnya pertanyaan-pertanyaan itu merupakan celah yang memungkinkan keraguan menyelinap masuk ke tengah-tengah keimanan seorang muslim dan menjadikan lemah dari dalam.
Sebagian muslim berani mengaku tidak tahu dan bertanya. Tapi banyak dari mereka yang membiarkan keraguan itu bersarang dan menyerang mereka dari dalam hingga sebagian dari mereka nyata-nyata berbalik arah. Itu sebabnya, aku senantiasa mendorong teman-teman untuk bertanya.
Jika keyakinan adalah tujuan maka keraguan adalah sebuah stasiun yang harus dilalui untuk sampai ke sana. Selama keraguan itu diikuti dengan usaha untuk mencari jawaban maka keraguan tidak berbeda jauh dari lapar yang merupakan sinyal dari tubuh untuk bergerak.
Jadi, jika Dia Maha Kuasa, kenapa tidak dijadikannya saja kita semua makhluk suci tanpa dosa? Perhatikanlah.
Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah sekaligus Maha Kuasa dan Dia berkehendak agar seluruh ciptaanNya mengenalNya (mengetahui sifat-sifatNya ini). Dengan kekuasaan yang tak terbayangkan besarnya, Allah dapat menciptakan segala jenis makhluk yang Dia kehendaki dan dapat pula menjadikan setiap makhluk yang diciptakanNya tunduk pada perintahNya.Hanya saja, jika Allah menjadikan setiap makhluk tunduk tanpa dapat bergerak melawan perintahNya, maka tidak akan ada satu kesalahan pun yang akan terjadi di alam ini. Dan jika tidak ada kesalahan yang dapat dilihat, tidak akan ada makhluk yang dapat menyaksikan Dia menunjukkan sifat Pemurahnya (yakni saat Dia mengampuni kesalahan seseorang). Karena itu bertentangan dengan kehendakNya untuk diketahui (dan tiada bagiNya pertentangan), maka Allah menjadikan sebagian makhluk memiliki kebebasan.Makhluk yang senantiasa patuh itu kini kita kenal dengan nama malaikat. Sedangkan makhluk yang berkebebasan itu kini kita kenal dengan nama manusia. Keberadaan keduanya menjadikan kita dapat mengenal betapa besar kuasaNya dan betapa pemurah Dia.
Kesimpulannya: Dengan kuasaNya, Allah bisa saja menjadikan seorang manusia senantiasa berada dalam batasan-batasanNya tapi dijadikannya kekuasaanNya itu tak sampai cabut kebebasan manusia untuk memilih (tetap berada dalam batasan atau melompatinya) agar sifat pemurahNya pun berlaku dalam diri manusia. Lagipula, bukankah dalam kebebasan cinta lebih mudah dinyatakan?
Bersambung ke: Dosaku atau TakdirNya [Link]