وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Budak/hamba yang sejati tidak makan karena ingin makan, tidak bergerak karena ingin bergerak tapi semata-mata karena kehendak dan perintah tuannya. Selama seseorang masih memiliki dirinya sendiri - meskipun hanya 10% atau 1% dari seluruh waktunya - maka ia bukan seorang budak/hamba melainkan seorang buruh upahan. Singkatnya, seorang hamba yang sejati telah mati dirinya (mati keakuannya) sehingga yang hidup dan berlaku dalam kesehariannya hanyalah kehendak dan perbuatan tuannya.
Dari sana diketahuilah ketidaksejatian kita sebagai seorang yang mengaku hamba. Diketahui pula betapa jauhnya kita dari Dia yang kita sebut Tuan. Itu sebabnya kita butuh untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) yakni dengan jalan ber-qurban.
SEMPURNANYA KEDEKATAN
Sempurnanya kedekatan seseorang dengan Allah hanya dapat terjadi ketika ia telah pulang ke hadirat ilahi. Saat riwayatnya telah tammat maka kedekatannya menjadi sempurna. Sebab itu, yang seharusnya dipotong lehernya dan ditumpahkan darahnya bukanlah kambing atau sapi tapi leher seorang yang hendak bertaqarrub itu sendiri.
Alasan munculnya perasaan berat dalam hati kita saat diminta untuk mengurbankan harta dan nyawa adalah karena kita tidak mencintai Dia sebesar kita mencintai harta dan diri kita sendiri. Seorang pecinta pastikan akan menghambakan diri pada apa yang dicintainya. Mudah bagi kita untuk memenuhi panggilan bos di hari libur (dan mengorbankan kebersamaan kita dengan keluarga) karena besarnya kecintaan kita pada jabatan, pekerjaan dan gaji yang kita dapatkan dari perusahaan itu. Dan tentu akan mudah bagi kita untuk mengorbankan apa pun yang ada di sisi kita jika kecintaan kita kepada Allah memang lebih besar dari kecintaan kita pada apa pun selain Dia.
Jika sekilo atau dua kilo emas cukup untuk menjadikanmu orang dekat presiden, berapa kilo emas yang kamu kira pantas untuk mendekatkan dirimu dengan penguasa seluruh alam? Jika kamu tahu diri, kamu akan menjawab kematianmu pun bukan harga yang pantas.
Itu sebabnya Allah memintamu untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari sekadar memotong lehermu sendiri. Allah mengganti lehermu dengan leher kambing dan sapi lalu sebagai gantinya, ia memintamu untuk hidup semata untuk-Nya setelahnya.
Tanpa memahami ruh dari pengurbanan ini, hari raya qurban yang kita selenggarakan setiap tahun akan menjadi ritual tanpa makna. Tapi lihatlah dirimu, kamu malah gembira tak harus kehilangan lehermu. Dan pada hari raya qurban nanti, bukannya mengambil manfaat dari tulisan ini, kamu malah sibuk merendahkan mereka yang cuma berqurban dua atau tiga juta sedangkan kamu sendiri berlindung di balik tulisanku ini untuk menutupi besarnya kecintaanmu pada dirimu sendiri.